Thursday, August 25, 2016

ADAPTASI TERBANG PADA MAMMAL (KELELAWAR)

ADAPTASI TERBANG PADA MAMMAL (KELELAWAR)
A.    Morfologi Sayap Kelelawar
      Struktur rangka pada sayap kelelawat tersusun atas humerus, radius yang berkembang sangat baik dan ulna yang sangat tereduksi. Metakarpal memanjang dan tulang phalanges membentuk struktur sayap sisanya. Tulang pada sayap menyediakan frame segmen tulang untuk mendukung dan mengkontrol membran yang digunakan untuk terbang. Membran yang berguna untuk terbang ini kita sebut sebagai patagium. Patagium tersusun atas sturktur lapisan double yang fleksibel yang mengandung kulit, otot dan jaringan konektif. Patagium juga menerima suplai darah dari pembuluh darah. Patagium memanjang dari sisi tubuh dan hind limb menuju tangan dan jari kelima yang disebut sebagai plagiopatagium. Bagian patagium lainnya yang memanjang dari bahu menuju polex (jari pertama) sepanjang bagian anterior di sayap (propatagium), antara jari (chiropatagium), dan dari hind limb ke ekor (uropatagium/membran interfemoral).  Sayap bekerja dengan membran segmen fleksibel yang berganti bentuk dan menghasilkan variasi pada tekanan gradual sepanjang permukaan sayap. Hal tersebut akan akan menghasilkan variasi pada gaya angkat dan gaya dorong. Kelelawar mengkontrol bentuk patagium dan memmanuver.
      Terbang pada kelelawar dilakukan dengan mengkontol perbedaan 17 pasang otot. Tiga pasang otot yang berbeda menyediakan kekuatan untuk gerakan menurun. Tiga pasang lainnya untuk pergerakan naik. Sternum kelelawar tidak berkembang dengan baik. Otot perktoralis yang berasal dari sternum merupakan otot terbesar yang digunakan untuk terbang dan mendapat suplai darah paling banyak. Otot lain yang berasal dari vertebral column danskapula membantu menyediakan tegangan dan mengatur posisi sayap.
      Hind limb mempunyai bone spur unik yang kita sebut sebagai calcar  yang merupakan tonjolan kedalam dari tibia. Tulang ini menempel pada uropatagium dan berfungsi untuk menjaga posisi ekor saat flapping dalam kondisi terbang. Kaki dapat digunakan untuk mengatur uropatagium pada saat terbang. Hindleg pendek dan termasuk membran sayap. Klavikula kuat dan berfusi dengan skapula dan sternum. Mata kecil dengan daya penglihatan yang lemah. Telinga memiliki pinnae.
      Perbedaan luasan sayap kelelawar akan mempengaruhi kecepatan terbangnya. Kelelawar bersayap yang sempit dapat terbang lebih cepat dari kelelawar yang bersayap lebar. Akan tetapi, kelelawar dengan sayap yang lebih luas lebih akurat.
A.    Desain Tubuh
      Tulang kelelawar lebih kecil dan dan lebih ringan dari anggota mammal lainnya. Walaupun, tulang kelawar tidak sekecil dan seringan tulang burung. Tulang kelawar memiliki marrow shaft. Tulang seperti ulna dan kaudal telah tereduksi, bahkan ada yang tidak ada seperti fibula dan caudal. Distal phalanges mengalami reduksi mineralisasi dan datar dibagian cross-section yang meningkatkan fleksibilitas sayap. Kelelawar masih memiliki gigi sehingga massa tubuhnya lebih berat dari pada burung. Leher pendek merupakan kompensasi atas adanya massa ekstra pada tengkorak. Selain itu, leher pendek membantu menjaga pusat gravitasi di tengah tarso. Tubuh kelelawat dibuat menjadi lebih pendek dan beberapa vertebae berfusi sehingga tulang punggung kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Beatty, R., A. J. Beer, J. Green, and B. Taylor. 2008. Exploing the World of Mammals. Chelsea House Publishers.New York. p. 43
Hutchins, M., A. V. Evans, R. W. Garrison, and N. 2003. Schlager Grzimek’s Animal Life Encyclopedia.  2nd edition. Volume 12. MI: Gale Group. Farmington Hills. p. 56, 58-59
Kotpal, R. L. 2010. Modern Text Book of Zoology Vertebrates [Animal Diversity II]. Rastogi Publications. New Delhi.p. 507,
Lyneborg, L. 1971. Mammals in Colour. Bland Prees.West Street.
Searfoss, G. 1995. Skulls and Bones A Guide to the Skeletal Structures and Behavior of North American Mammals. Stackpole Books. Mechanicsburg, PA.

No comments:

Post a Comment