A. Siklus Hidup
Burung
dilahirkan dalam bentuk telur dengan cangkang keras. Untuk beberapa hari-minggu,
telur akan dijaga tetap hangat oleh orang tuanya yang dinamakan inkubasi. Ketika
telah menetas, anakan diberi makan oleh orang tuanya. Burung muda belajar
terbang setelah terjadi perkembangan sayap. Burung yang telah ahli terbang akan
kawin dan memiliki anak kembali pada tahun berikutnya.
B. Sistem Reproduksi
Burung
termasuk hewan biseksual dengan organisme jantan dan betina yang terpisah
(Gill, 2007). Hewan ini tidak berganti kelamin saat menginjak usia tertentu
(Gill, 2007). Secara umum perbedaan seks dapat dilihat dari warna atau ukuran
yang merupakan hasil dari pemilihal seksual (Gill, 2007). Gonad pada burung
terletak pada didalam kapasitas tubuh diatas permukaan ginjal (Gill, 2007).
Seks organ ini akan memproduksi hormon (Gill, 2007).
Burung
jantan mempunyai testis kecil yang berpasangan seperti bean sepanjang tahun
(Hickman, et al., 2008; Gill, 2007).
Tapi ketika musim kawin testis membesar 300 kali (Hickman, et al., 2008). Testis burung terletak pada ventral dari lobus renis
paling cranial (Radiopoetro, dkk. 1996). Edidimis kecil dan berada di sisi
dorsal testis (Radiopoetro, dkk. 1996). Epididimis ini berperan dalam
memberikan jalan kepada spermatozoa ke ductus deferens (Radiopoetro, dkk.
1996). Ductus deferens hewan muda berbentuk lurus sedangkan hewan yang telah dewasa
berbentuk berkelok-kelok (Radiopoetro, dkk. 1996). Ductus deferens akan menuju
kaudal yang menyilangi ureter dan bermuara di kloaka sebelah lateral
(Radiopoetro, dkk. 1996). Mesorchium burung berjumlah sepasang berguna untuk
menggantung testis (Radiopoetro, dkk. 1996). Mesorchium merupakan lipatan dari
peritoneum (Radiopoetro, dkk. 1996). Secara umum burung tak memiliki penis
sehingga kopulasi dilakukan dengan menghubungkan kloakal dengan cara berdiri
diatas punggung betina (Hickman, et al., 2008).
Secara umum betina memiliki
satu ovari yang terletak di kiri yang berasosiasi dengan oviduct (Gill, 2007).
Ovari kiri ini mempunyai oosit dalam jumlah yang banyak (Hutchins et al., 2002). Ovari ini mirip sekali
dengan kumpulan anggur (Gill, 2007). Sepasang ovari yang berfungsi merupakan
tipikal dari raptor dan kiwi, tetapi beberapa merpati, gull dan beberapa passerin
juga memiliki dua ovari yang berfungsi (Gill, 2007). Telur keluar dari ovari
masuk ke dalam ruangan perluasan akhir dari oviduk yang disebut sebagai infundibulum (Hickman, et al., 2008). Oviduk betina muda lurus
sedangkan pada dewasa berkelok-kelok uterus (Radiopoetro,
dkk. 1996). Oviduk
menurun secara posterior ke arah kloaka (Hickman, et al., 2008). Oviduk terdiri atas: infundibulum tubae, pars
glandularis, isthmus, dan uterus (Radiopoetro, dkk. 1996). Infundibulum
tubae merupakan oviduk sebelah kranial yang memiliki bentuk mirip corong dan
berlubang yang disebut dengan ostium abdominale (Radiopoetro, dkk. 1996). Pars glandularis adalah bagian oviduk dengan kandungan banyak kelenjar (Radiopoetro,
dkk. 1996). Isthmus
merupakan organ yang terletak diantara
pars glandularis dan uterus (Radiopoetro, dkk. 1996). Uterus merupakan organ yang
mengalami pelebaran oviduk ke kaudal (Radiopoetro, dkk.
1996). Fertilisasi terjadi di oviduk bagian atas
sebelum beberapa jam penambahan lapisan albumin, membran cangkang, dan cangkang
(Hickman, et al., 2008).
C. Pemilihan Pasangan Kawin
Pemilihan
pasangan kawin oleh betina dilakukan dengan melihat ornamen dan penampilan yang
lebih disukai pada jantan (Gill, 2007). Ornamen dan penampilan jantan menunjukkan
kondisi superiornya (Gill, 2007). Jantan
dengan warna yang mencolok dan dapat survive di alam, menunjukkan tingkat
stamina super dan kemampuan menghindar dari predator (Gill, 2007). Aset ornamen plumage menunjukkan tingkat
kesehatan penjantan yang secara umum menunjukkan resistensi terhadap patogen
dan parasit (Gill, 2007).
Secara
umum burung merupakan monogami yang hanya tinggal dalam suatu wilayah teritori
dengan satu pasang burung (Gill, 2007). Dalam pemilihan pasangan mating oleh
betina diinisiasi dengan kompetisi antara
jantan dalam hal teritori breeding (Gill, 2007). Betina akan memilih
jantan yang bermukim dengan properti
tertentu, seperti: ketersediaan makanan, kehadiran predator yang minim, kondisi
lingkungan dan sebagainya (Gill, 2007).
D. Sistem Mating
Burung
memiliki strategi-strategi untuk dapat melakukan mating dengan betina, walaupun
betina telah memiliki pasangan yang tetap. Salah satu strateginya adalah dari
ketika pejantan yang telah mating dengan betina menghilang, pejantan lain akan
membunuh telur atau anak pejantan tersebut. Selanjutnya pejantan tersebut akan
mengawini betina tersebut. Selain itu, ada burung muda yang dimanipulasi oleh
burung dewasa sebagai pembantu. Pembantu sarang jantan dapat mating dengan ibu
tirinya sedangkan pembantu betina dapat menitipkan telurnya sampai menetas.
Groove-billed
Anis, cuckoos besar hitam membentuk unit sosial yang terdiri dari 1-4 pasangan
monogami yang akan bertelur dan mengerami dalam satu sarang. Seluruh anggota member ini akan membantu
menginkubasi dan memberi makan koloni anak burung sehingga mengurangi predasi
saat nokturnal pada saat inkubasi serta meningkatkan survivalship.
E. Sarang
Secara
umum burung membentuk sarang untuk mengasuh anaknya. Pembuatan sarang dilakukan
untuk melindungi telur dan dirinya dari predator . selain itu sarang akan
membuat mikroklimat yang cocok untuk inkubasi telur dan mengasuh anak. Secara
umum burung memiliki nest secara soliter bersama dengan pasangannya dan 13%
burung bersarang secara kolonial. Sarang yang dibuat burung berbeda tiap
spesies. Pada burung
dara, betina duduk dilokasi sarang dan mengumpulkan materi sarang didekatnya,
sedangkan jantan mencari materi sarang dan memberikannya kebetina. Burung hantu menggunakan sarang bekas burung lain yang terletak di tebing
atau tanah.
F. Inkubasi
Inkubasi
dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan keberhasilan penetasan telur dengan
mengontrol keadaan lingkungan agar stabil secara beberapa minggu. Inkubasi pada
burung membutuhkan energi dan induk harus memiliki kamampuan untuk memberi
makan diri mereka sendiri. Hormon
prolaktin akan memediasi perilaku inkubasi pada burung. Ketika salah satu induk
lebih sering mengerami telur, induk tersebut akan memiliki hormon prolaktin
relatif lebih tinggi (Gill, 2007). Pada burung, proses inkubasi dilakukan oleh
betina sendiri berjumlah 17% famili dan jantan akan membawakan makanan. Proses
inkubasi yang dilakukan oleh jantan sendiri adalah 6%
Inkubasi
pada burung dara dilakukan oleh jantan dan betina secara bergiliran. Pejantan
mengerami dari pagi sampai siang sedangkan betina mengerami dari siang sampai
pagi. Inkubasi pada burung hantu dilakukan oleh betina sedangkan jantan
menyediakan makanan untuk betina dan anaknya. Pada burung Cuckoos hanya
diinkubasi secara internal sebelum diletakkan dan selanjutnya inkubasi
dilakukan oleh spesies lain. Hal ini terjadi karena peletakkan telur burung ini
di sarang burung spesies lain.
G. Parental Care
Dalam
mengasuh anaknya burung memiliki beberapa strategi. Strategi brood parasitism
dilakukan burung dengan meletakkan telur di sarang burung lain. Intraspesifik Brood
parasitism dilakukan dengan meletakkan telur di sarang betina lain yang masih
satu spesies, sedangkan obligatory Brood parasitism meletakkan telur di sarang
spesies lainnya. Kooperatif breeding dilakukan dengan beberapa pembantu yang
menjaga dan memberi makan anak di sarang. Male parental care, inkubasi dan
proteksi burung muda dilakukan oleh jantan (Hutchins et al., 2002). Biparental care merupakan inkubasi dan memberi makan
burung muda yang dilakukan oleh jantan dan betina secara bergiliran (Silver,
1983)
H. Perkembangan Anak
Telur
mengandung nutrien penting yang akan digunakan untuk perkembangan embrio
(Hutchins et al., 2002). Pertukaran
gas dan air melewati cangkang, dan limbah dari embrio tersimpan di sac yang
berkembang diluar embrio (Hutchins et
al., 2002). Ketika inkubasi dimulai, perkembangannya berjalan cepat
(Hutchins et al., 2002). Perkembangan
cepat diinisiasi dengan panas yang berasal dari induknya atau dapat dari
lingkungan (Hutchins et al., 2002).
Beberapa hari kemudian embrio memiliki mata besar dan organ dasar (Hutchins et al., 2002). Dan ketika organ-organ
tersebut berkembang yolk sac akan terabsorbsi dan embrio memenuhi cangkang
(Hutchins et al., 2002). Setelah
menetas, yolk akan benar-benar terabsorbsi semua dan embio akan menggerakkan
paruh ke arah air sac serta memulai menghirup udara (Hutchins et al., 2002). Embrio menggunakan egg
tooth pada ujung paruh untuk memecahkan dan membentuk lingkaran di cangkang dan selanjutnya menetas
(Hutchins et al., 2002). Fase
perkembangan burung yang baru menetas sangat bervariasi. Precocial merupakan
burung yang baru menetas yang dapat berlari atau berenang setelah plumage
mereka kering (Hickman, et al., 2008).
Precocial muda dapat meninggalkan sarang
setelah menetas tetapi masih diberi makan atau dilindungi dari predator oleh
induknya (Hickman, et al., 2008).
Altricial merupakan anak aves yang telanjang atau tak dapat melihat atau
berjalan ketika menetas dan menetap di sarang untuk beberapa minggu atau lebih.
Induk spesies altricial akan memberikan makanan kepada anakannya (Hickman, et al., 2008). Altricial dapat
berkembang secara cepat (Hickman, et al.,
2008). Telur spesies altricial relatif kecil dengan yolk minim suplai.
Sedangkan menurut Gill (2007), kategori perkembangan aves yang baru menenetas
terdapat pada tabel dibawah ini:
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2015. Bird Life Cycle (Eastern Bluebird). http://www.exploringnature.org. Diakses pada
19 November 2015 pukul 10.50
Gill,
F. B. 2007. Ornithology. 3th Ed. W.
H. Freeman and Company. New York. p. 369, 398, 400, 401, 405, 447, 448, 468,
471
Hickman
Jr, C. P., L. S. Roberts, S. L. Keen, A. Larson, H. I’Anson, and D. J.
Eisenhour. 2008. Integrated Principles of Zoology. 14th Ed.
McGraw-Hill. Boston. p. 604, 605
Hutchins,
M., J. A. Jackson, W. J. Bock, and D. Olendorf. 2002. Grzimek’s Animal Life
Encyclopedia, 2nd edition. Volumes 8, Birds I–IV Farmington Hills, MI: Gale Group. New York. p.
30, 368.
Radiopoetro,
Suharno, S. Djalal T., S. H. Suatoro, H. S. Djalal T., dan A. Muljo. 1996.
Zoologi. Erlangga. Jakarta. Hal. 548-549
Silver,
R. 1983. Biparental Care in Birds: Mechanisms Controlling Incubating Bout
Duration. www.columbia.edu. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015 pukul 8.31.
No comments:
Post a Comment