Thursday, February 9, 2017

Efek Cahaya pada Germinansi

Efek Cahaya pada Germinansi
Respon biji pada cahaya penting untuk mencegah peristiwa germinasi pada tempat dan waktu yang tak tepat untuk perkembangan seedling (Fenner and Thompson, 2005). Dengan demikian biji memiliki kemampuan untuk mendeteksi aspek cahaya di lingkungan dan mengendalikan tempat dan waktu yang tepat untuk germinasi (Fenner and Thompson, 2005). Menurut Lambers et al., (2008), respon cahaya terhadap germinasi terbagi menjadi 3 tipe. Pertama, cahaya dibutuhkan untuk germminasi biji yang terkubur dalam tanah. biji yang terkubur sangat dalam pada tanah tak dapat bergerminasi karena tak terkena cahaya. Tipe kedua berupa intensitas dan durasi terpapar cahaya akan mematahkan dormansi yang terjadi karena tak adanya cahaya. Tipe ketiga adalah komposisi spektra cahaya akibat modifikasi oleh daun pada kanopi yang terpengaruh oleh germinasi setelah gangguan pada vegetasi.
Kesempatan kesuksesan pembentukkan germinasi ditentukan dengan biji yang terkubur kedalam tanah atau berada di permukaan (Fenner and Thompson, 2005). Apabila biji berada terkubur ditanah, kedalaman menjadi krusial untuk kemunculannya (Fenner and Thompson, 2005).  Kedalaman tanah menjadi hal yang  krusial untuk kemunculan kecambah dengan kondisi biji terkubur (Fenner and Thompson, 2005). Sedangkan bila biji berada di permukaan tanah, tingkat naungan (terutama disekeliling vegetasi) menjadi unsur krusial (Fenner and Thompson, 2005).
Biji yang berada di permukaan tanah akan mengalami kondisi intensitas cahaya yang tinggi akibat terpaar cahaya matahari yang kuat. Sensitivitas pada irradiasi tinggi menyeduiakan mekanisme untuk mereduksi probabilitas kematian seedling akibat temperatur tinggi dan kondisi kekeringan yang terjadi di permukaan tanah.
            Kebutuhan akan cahaya pada biji berguna untuk mendeteksi adanya gap. Secara umum gangguan pada tanah terjadi bersama dengan kerusakan bentuk vegetasi dan merupakan indikator yang baik untuk mereduksi kompetisi dengan menentukan tumbuhan.
            Biji akan mendeteksi cahaya yang berintensitas rendah dengan fitokrom A. Fitokrom A ini akan mempercepat germinasi biji dengan menginduksi kebutuhan cahaya (Fenner and Thompson, 2005). Selain itu, fitokrom a dikenal memiliki respon sangat rendah pada fluence dan terlibat range panjang gelombang yang luas saat densitas fluks foton rendah. Pengembalian bentuk fitokrom b secara spontan dan gradual dari menaikkan proses germinasi menjadi penghambat germinasi dari beberapa jam di dalam kegelapan juga menyediakan mekanisme jam panjang hari dapat terdeteksi.
            Cahaya bereaksi melalui efek temperatur, terutama temperatur alternatif yang dibutuhkan biji untuk germinasi (Luttge, 2008). Germinasi akan diregulasi oleh kualitas cahaya dan sistem fitokrom daripada  dengan intensitas cahaya (Luttge, 2008).

Sumber:
Fenner, M. And K. Thompson. 2005. The Ecology of Seed. Cambrige University Press. Cambridge. p. 116, 117, 120
Lambers, H., T. L. Pons, and F. S. Chapin III. 2008. Plant physiological ecology. Springer. New York. p. 380
Luttge, U. 2008. Physiological ecology of tropical plants. 2nd ed. Springer. Berlin. P. 139

Ponsp, T. L. 2000. Seeds Responses to Light. p. 249. Dalam M. Fenner. Seeds The Ecology of Regeneration in Plant Communities. 2nd Ed. CABI.  London.

No comments:

Post a Comment