KULTIVASI
MIKROALGA
Menurut
Chisti (2008) dalam Kawaroe, dkk. (2009) Chlorella
merupakan salah satu mikroalga yang sering diteliti dan dimanfaatkan. Chlorella dapat dimanfaatkan dari
sebagai makanan sampai mendukung persediaann energi terbarui. Chlorella sendiri merupakan salah satu
anggota Chlorophyeceae yang telah digunakan sebagai pakan.
Chlorella
sp.
sebagai mikroalga yang banyak digunakan dalam berbagai bidang, dalam sebuah
penelitian maupun pemanfaatannya membutuhkan stok. Stok Chlorella dibuat dengan menggunakan berbagai medium. Medium
pertumbuhan Chlorella yang digunakan
dari medium Walne, Guillard’s dan Erdschrelber. Media yang digunakan dalam
pertumbuhan Chlorella yang berbeda
akan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda pula.
Secara umum mikroalga menggunakan cahaya dan
karbondioksida sebagai sumber energi dan sumber karbon (Ariyanti dan Handayani,
Tanpa tahun). Pertumbuhan optimal mikroalga adalah pada suhu 15-30° C (Ariyanti
dan Handayani, Tanpa tahun). Media
pertumbuhan harus memiliki kandungan nutrien anorganik yang akan berfungsi
dalam pembentukkan sel seperti: nitrogen, fosfor dan besi (Ariyanti dan
Handayani, Tanpa tahun).
Kultivasi merupakan salah satu proses bioteknologi
mikroalga (Ariyanti dan Handayani, Tanpa tahun). Kultivasi bertujuan memenuhi
kebutuhan stok biomassa mikro alga (Kawaroe, dkk. 2009). Metode kultivasi mikroalga secara umum
terdapat 2 metode, yaitu: open raceway
pond dan closed photobioreactor (Ariyanti
dan Handayani, Tanpa tahun). Sistem open
pond memiliki kelemahan berupa kontaminasi, sedangkan photobioreactor memerlukan biaya yang banyak akan tetapi
kontaminasi dan paramter pertumbuhan dapat diatur (Ariyanti dan Handayani,
Tanpa tahun). Proses kultivasi melibatkan proses fotosintesis dan pertumbuhan
(Kawaroe, dkk. 2009). Menurut Laves dan Sorgeloos (1996) dalam Kawaroe, dkk.
(2009) proses kultivasi ini membutuhkan waktu penyinaran minimal 18 jam/hari
agar kultur fitoplankton dapat berkembang normal dengan cahaya yang konstan
(Kawaroe, dkk. 2009).
Nutrien merupakan salah satu paramter penting dalam
proses pertumbuhan mikro alga (Kawaroe, dkk. 2009). Menurut Healey (1973) dalam
Kawaroe, dkk. (2009) defisiensi nutrien pada mikroalga berdampak pada penurunan
protein, pigmen fotosintesis, kandungan lemak dan karbohidrat. Dalam proses
kultivasi mikroalga, nutrien diberikan dalam konsentrasi berlebih dari pada
yang tersedia di alam (Kawaroe, dkk. 2009).
Nutrien P dan N merupakan salah satu unsur makronutrien yang membatasi
pertumbuhan mikroalga (Kawaroe, dkk. 2009).
C. vulgaris merupakan
anggota dari genus Chorella. Chorella telah
banyak dikultur karena memiliki banyak potensi. Potensi Chorella sebagai, pakan, suplemen, penghasil farmasi dan
kedokteran. Chorella memiliki
protein, karbohidrat, asam lemak tak jenuh, vitamin, klorofil serta serat
tinggi. Chorella ditemukan pada
lingkungan akuatik dapat berupa saline maupun
tawar. Reproduksinya juga cepat dan mampu berkembang menjadi 10.000 sel hanya
dalam waktu 24 jam (Prihantini, dkk. 2005).
Kultivasi mikroalga penting karena
sangat berkontribsi dalam transisi untuk lebih sustainable society atau
biobased economy. Mikroalga tumbuh baik menggunakan karbon dioksida dari
gas flue, sampah residu perusahaan-industri,
dan cairan pencernaan (Wolkers, et al.,
2011).
Pada kurva sigmoid terdapat fase lag, fase log dan fase steady state (Edwin et al., 2005). Pada fase lag
pertumbuhan berjalan lambat (Edwin et al.,
2005). Fase lag ini terjadipada hari ke 0-2. Chorella pada fase lag mengalami sintesis protein baru akan tetapi
pembelahan sel belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat akibat
mikroalga beradaptasi pada lingkungan barunya (Prabowo,
2009). Selain itu pada fase lag, terjadi sintesis enzim (Black, 2008). Fase log organisme telah beradapasi sehingga terjadi
kenaikkan pertumbuhan secara cepat sehingga mikroalga mengalami peningkatan
pembelahan sel (Black, 2008; Edwin et al., 2005; Prabowo, 2009). Fase lag
terjadi hari ke-3 sampai ke- 6 pada medium Walne dengan konsentrasi 3N;
sednagkan pada konsentrasi 1N pada hari ke-4-5. Pada konsentrasi 1N seharusnya
pada hari ke-3 telah memasukki fase log akan tetapi grafik menurun akibat pengambilan sampel tidak digojog terlebih
dahulu. Pengambilan sampel yang tidak digojog mengakibatkan sel Chorella yang berada dibawah tidak terambil serta konsentrasi sel
tidak merata pada tabung. Pada hari ke-4 perlakuan konsentrasi 3N pun densitas
sel menurun hal ini dapat terjadi karena pengambilan sampel yang terlupakan
untuk digojog terlebih dahulu. Fase log merupakan fase yang paling baik untuk
memanen mikroalga. Menurut Prabowo (2009) setelah fase log selanjutnya
adalah fase penurunan laju pertumbuhan. Fase ini pertumbuhan yang terjadi
menurun. Fase ini terjadi pada perlakuan konsentrasi 1N pada hari ke-6,
sedangkan pada konsentrasi 3N terjadi pada hari ke 7. Kemudian fase steady
state yang ditandai pertumbuhan telah menurun (Edwin et al., 2005). Pada fase ini produksi
sel baru sama dengan sel lama yang mati (Black, 2008). Fase
kematian merupakan fase terakhir yang ditandai dengan laju kematian lebih
tinggi dibandingkan dengan laju reproduksi sel. Penurunan kepadatan sel terjadi
karena perubahan kondisi optimum seperti nutrien (Prabowo, 2009). Pada
gambar 1.fase kematian belum dapat teramati dengan jelas. Masih terdapat
pertumbuhan sel mikroalga walaupun sedikit. Fase kematian belum terjadi dapat
karena nutrien dalam medium masih, sehingga mikroalga masih tumbuh.
Medium Walne yang digunakan
sebagai media pertumbuhan Chorella memiliki
komponen nutrien berupa NaNO3 100mg/L, Na2EDTA 45
mg/L, H3BO3 33,6 mg/L, NaH2PO4
mg/L, dan MnCl2 0,36 mg/L (Zahirm, 2011). Kandungan nitrogen dalam
medium berfungsi sebagai bagian protein, asam nuklea, klorofil,
koenzim, alkaloid dan ATP (Postlethwait & Hopson, 2006; Brooker et al.,
2011). Fosfor ntuk pembentuk asam nukleat, ATP, fosfolipid dan koenzim
(Postlethwait & Hopson, 2006). Kandungan nutrien P dan N inilah yang
membatasi pertumbuhan mikroalga (Kawaroe, dkk. 2009). Mn dalam medium Walne
diperlukan oleh untuk enzim dan kofaktor enzim (Postlethwait & Hopson,
2006;Brooker et al., 2011). Klor dibutuhkan untuk memecah air dalam proses
fotosintesis (Postlethwait & Hopson, 2006).
Pertumbuhan Chorella dipengaruhi oleh faktor
seperti: cahaya, CO2, H2O, nutrien dan trace element (Zahirm, 2011). Medium berpengaruh pada pertumbuhan
karena salah satu perbedaan medium adalah kandungan nutriennya. Persediaan CO2
optimal akan memperlancar proses fotosintesis. Temperatur mempengaruhi
metabolisme sel. Suhu yang tinggi akan mendenaturasi protein dan asam nukleat.
Pertumbuhan yang paling baik adalah pada suhu 23-30°C. pH mempengaruhi
pertumbuhan dengan cara mempengaruhi kinerja asam. pH yang baik untuk
kulttur 7-8, karena itu EDTA penting
dalam menstabilkan pH.
daftar pustaka
Ariyanti, D. Dan N. A.
Handayani. Tanpa Tahun. Mikroalga sebagai
Sumber Biomassa Terbarukan: Teknik Kultivasi Pemanenan. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=21872&val=1275. Diakses pada 7
November 2016 pukul 17.36.
Black, J. B. 2008. Microbiology: Principles and
Explorations. John Wiley and Sons. Hoboken, NJ. p. 149
Brooker,
R. J., E. P. Widmaier, L. E. Graham, & P. D. Stiling. 2011. Biology. 2nd
ed. McGraw-Hill. New York. p. 772
Edwin, R., T. Sekar, Sankar, and
S. Munusamy. 2005. Botany Highter Secondary Second Year. Tamil Nadu Textbook
Corporation. College Road, Chennai. P. 218
Kawaroe, M., T. Prartono,
A. Sunuddin, D. W. Sari., dan D. Augustine. 2009. Laju Pertumbuhan Pesifik Chlorella sp. dan Dunaliella
sp.
Berdasarkan Perbedaan Nutrien dan Fotoperiode. J. Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 16(1):73-77.
Berdasarkan Perbedaan Nutrien dan Fotoperiode. J. Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 16(1):73-77.
Postlethwait,
J. H. & J. L. Hopson. 2006. Modern
biology. Holt, Rinehart and Winston. New York.
Prabowo, D. N. 2009. Optimasi Pengembangan Media untuk
Pertumbuhan Chlorella sp. Pada Skala
Laboratorium. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor,
Prihanrini, N. B, B. Putri, dan R. Yuniati. 2005. Pertumbuhan
Chlorella spp. dalam medium Ekstrak
Tauge (Met) dengan Variasi pH Awal. Makara,
Sains. 9 (1):1-6.
Wolkers, H., M. Barbosa,
D. M. M. Kleinegris, R. Bosma, and R. H. Wijffels. 2011. Microalgae: the Green Gold of the Future. Wageningen UR.
Wageningen. P. 7,
Zahir, F. N. 2011. Peningkatan Produksi Biomassa Chlorella
vulgaris dengan Perlakuan Mikrofiltrasi
pada Sirkulasi Aliran Medium Kultur sebagai Bahan Baku Biodiesel. Skripsi.
Departement Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok.
No comments:
Post a Comment