Friday, September 9, 2016

PENGENALAN MAMMAL KOLEKSI MUSEUM BIOLOGI

PENGENALAN MAMMAL KOLEKSI MUSEUM BIOLOGI  
  Hasil dan Pembahasan
1.      Rattus sp.
 Kingdom               : Animalia
 Phylum                  : Chordata
 Subphylum                        : Vertebrata
 Class                      : Mammalia
 Order                     : Rodentia
 Family                    : Muridae
 Genus                    : Rattus
Spesies                  : Rattus sp. (Myers et. all., 2016)
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\13012892_10201804959563780_2056597321681809397_n.jpg
Gambar 1. Preparat awetan dari Rattus sp.
     Rattus sp. memiliki sepasang rahang yang panjang, rootless, chisel-like dengan incisipus tumbuh sepanjang hidupnya. Gigi kaninus tidak ada. Terdapat diastema yang merupakan ruang kosong anatara molar dan kaninus. Moncongnya panjang. Pada digiti terdapat cakar.  Testis terdapat di abdominal. Ekor Rattus sp. memiliki sisik.
     Hewan ini dikenal sebagai rodensia hama yang hidup di lubang dan membuat lubang di rumah serta ladang. Rattus sp. merupakan hewan yang cerdas dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu, hewan ini termasuk hewan nokturnal dan bereproduksi secara cepat (Kotpal, 2010)
2.      Rattus exulans
 Kingdom               : Animalia
 Phylum                  : Chordata
 Subphylum                        : Vertebrata
 Class                      : Mammalia
 Order                     : Rodentia
 Family                    : Muridae
 Genus                    : Rattus
 Spesies                   : Rattus exulans (Ruedas et. al., 2008)
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\r. exulans.jpg
Gambar 2. Preparat awetan dari Rattus exulans
     Tubuh di bagian atas berwarna coklat, sedangkan bagian bawah berwarna coklat abu-abi. Ekor berwarna gelap dan terkadang bagian bawah agak pucat.
     Merupakan salah satu hewan nokturnal. Hidup di hutan dekat persawahan hingga pemukiman. Makanan berupa tumbuhan dan hewan kecil (Ario, 2010).
3.      Bandicota indica
 Kingdom               : Animalia
 Phylum                  : Chordata
 Subphylum                        : Vertebrata
 Class                      : Mammalia
 Order                     : Rodentia
 Family                    : Muridae
 Genus                    : Bandicota
Spesies                    : Bandicota indica (Myers, et. al., 2016).
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\12998527_10201804959843787_2700709109056084836_n.jpg
Gambar 2. Preparat awetan Bandicota indica
Bandicota indica merupakan tikus yang  panjang dengan rambut yang tak rapi. Tubuh bagian  atas berwarna kehitaman-coklat terkadang terdapat bagian abu-abu di tepi.  Ekor lebih pendek dari kepala. Kaki besar dan lebar dengan warna coklat gelap sampai kehitaman.
Gigi incisipus sangat luas, bersudut menuu bawah atau membentuk kurva. Dalam tengkorak, tulang nasal panjang, nostril tersembunyi dan insicipus dari atas. Kelenjar mammal 3+3.
Hidup secara nokturnal dan ditemukan di daerah sawah .  Makanan  berupa  tumbuhan dan  invertebrata (Francis and Barrett,). 
4.      Rattus tiomanicus
 Kingdom               : Animalia
 Phylum                  : Chordata
 Subphylum                        : Vertebrata
 Class                      : Mammalia
 Order                     : Rodentia
 Family                    : Muridae
 Genus                    : Rattus
Spesies                    : Rattus tiomanicus (Ario, 2010).
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\12985474_10201804958323749_5654616545429981837_n.jpg
Gambar 4. Preparat awetan dari Rattus  tiomanicus
R. tiomanicus memiliki ciri khas berupa warna rambut punggung yang kontras dengan warna rambut dada serta perut. Rambut punggung berwarna kecoklatan, sedangkan rambut dada serta rambut perut putih. Panjang tubuh dari 100-180 mm, dengan ekor 80-110 mm, telapak kaki belakang 25-34 mm.
Hidup didaerah semak belukar dan aktif malam hari. Hidup di daerah terestrial dan memakan dari tumbuhan sampai hewan kecil (Ario, 2010).
5.      Delphinus delphis
 Kingdom               : Animalia
 Phylum                  : Chordata
 Subphylum                        : Vertebrata
 Class                      : Mammalia
 Order                     : Cetacea
 Family                    : Delphinidae
 Genus                    : Delphinus
Spesies                    : Delphinus delphis (Alspaugh, 2010).
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\12987202_10201804962643857_7995187481672379469_n.jpg
Gambar 5. Preparat awetan Delphinus delphis
Delphinus delphis memiliki tubuh ramping dengan moncong sedang hingga panjang serta sirip punggung tinggi dan sedikit membentuk sabit. Panjang tubuhnya mencapai 2,3 m (betina) dan 2,6 m (jantan). Berat tubuhnya maksimal 150 kg. Punggung berwarna abu-abu gelap kecoklatan, perut putih dan warna coklat-kekuningan di sisi belakang. Bibirnya gelap dan terdapat garis yang melingkari daerah seputar mata.
Makanan berupa ikan, gurita, dan cumi-cumi (Hutchins et al., 2003).
Delphinus delphis ditemukan di perairan kostal.  Perjalanan 5-7mil dapat ditempuh dalam 1 jam. Spesies ini dapat kita jumpai di Pasifik dan Atlantik Amerika Utara.
Merupakan hewan sosial. Perjalanan dalam mencari mangsa bersama kawanannya.
6.      Manis javanica
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Chordata
Class                      : Mammalia
Order                     : Pholidota
Family                   : Manidae
Genus                    : Manis
Spesies                  : Manis javanica (Breen, 2003).
Gambar 2. Manis javanica
  Ukuran tubuh M. javanica dari kepala sampai tubuh sekitar 50-60 cm dan pajang ekor 50-80 cm (Hutchins et al., 2003).  M. javanica memiliki sisik berwarna ember-kuning atau coklat kehitaman. (Hutchins et al., 2003). Selain itu, M. javanica memiliki kulit yang keputihan dan terdapat rambut di dasar sisik tubuh. Memiliki cakar di kaki depan  (Ario, 2010). Kepala dan ekor yang pankang akan menipis dan menggantung dibawah tubuh saat berjalan di atas tanah. Ekor dapat melingkari tubuh bila diganggu yang berfungsi sebagai pelindung tubuh yang tak bersisik.
       M. javanica merupakan hewan nokturnal dan predonan terestrial tapi juga dapat memanjat (Hutchins et al., 2003). Ketika siang hari,  M. javanica akan  tidur di liang bawah tanah. Hidup didaerah pegununan, hutan sekunder dan lahan berkebunan (Ario, 2010).
      M. javanica memakan termites, semut dan pupa. Makan berupa semut dan rayap diambil dari sarang yang berasal dari pepohonan. Sarang tersebut diambil dengan membuka sarang menggunakan cakar dan isi dijilat dengan lidah panang dan lengket. 
7.      Callosciurus notatus
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Chordata
Class                      : Mammalia
Order                     : Rodentia
Family                   : Scuiridae
Genus                    : Callosciurus
Spesies                  : Callosciurus notatus (Constantine, 2006)
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\12963821_10201804957963740_319892206708303261_n.jpg
Gambar 7. Preparat awetan Callosciurus notatus
Callosciurus notatus memiliki warna coklat olive pada bagian atas dan ekor. Bagian dalamnya berwarna merah-coklat. Betina memiliki 2-3 kelenjar susu. Berat tubuh dari 160-259 gram. Ukuran tubuh dari 152-224 mm, ekor berukuran 146-211mm dan kaki belakang 38-47mm.
Memiliki gigi incisipus 2 pasang dibawah dan di atas. Gigi incipus atas lebih besar. Gigi premolar bagian atas 2 dan 1 dibagian bawah setiap sisi  rahang dan 3 di atas dan bawah adalah molar. Kaninus tidak ditemukan pada spesies ini. Makanan berupa bunga, biji, serangga, dan daun.
Callosciurus notatus hidup secara arboreal ditemukan  pada perkebunan,  hutan semak, hutan hujan dan hutan mangrove. Callosciurus notatus adalah hewan diurnal dan ditemukan sendiri atau dalam group kecil.
8.      Pteropus vampyrus
Kingdom   : Animalia
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Chordata
Class                      : Mammalia
Order                     : Chiroptera
Family                   : Pteropodidae
Genus                    : Pteropus
Spesies                  : Pteropus vampyrus (Norton, 2011)
      P. vampyrus merukan spesies kelelawar terbesar di dunia. Panjang forearm mencapai 180-220 mm dengan mean wingspan 1,5 m dan bobot tubuh 0,6-1,1 kg. Telinga panjang dan pointed dengan wajah seperti anjing. Rambut dibagian atas dorsal pendek dan stiff. Kepala dan tubuh bagian atas tertutup oleh mantel gelap dengan warna dari merah mahoni sampai hitam sedangkan ventral lebih gelap ari bagian tubuh lainnya. Sayap memiliki bentuk yang pendek dengan ujung yang membulat. Membran sayap pada P. vampyrus tidak memiliki rambut. Hindleg pendek dan termasuk membran sayap. Klavikula kuat dan berfusi dengan skapula dan sternum. Mata kecil dengan daya penglihatan yang lemah. Telinga memiliki pinnae.
P. vampyrus hidup di hutan tropis dan swamps. Saat siang hari, berada di pohon yang besar. Di pohon besar telah digunakan  bertahun-tahun oleh P. vampyrus. Poho tersebut digunakan untuk menajamkan cakar.
Tengkorak P. vampyrus berupa robust dengan orbit yang hampir komplit dan zygomatic arch yang luas. Formula iginya adalah 2/2, 1/1, 3/3, 2/3 dengan total gigi 34. Kaninus atas memiliki prominen anterior groove dan groover kecil pada permukaan dalam.
9.      Galeopterus variegatus
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Chordata
Class                      : Mammalia
Order                     : Dermoptera
Family                   : Cynocephalidae
Genus                    : Galeopterus
Spesies                  : Galeopterus variegatus
Description: C:\Users\CANDRA-UY\Documents\mammal museum\12994382_10204794205494752_4653640514239659535_n.jpg
Gambar 8. Galeopterus variegatus
      Galeopterus variegatus merupakan  mammlia yang dapat terbang, yang sebenarnya dia hanya meluncur saja. Morfologinya adalah kepala kecil, mata steroskopik, dahi lebar dan telinga kecil. Moncongnya agak tumpul tak tidak terlihat adanya kumis atau janggut tipis di wajah. Rambut tubuh pada bagian dorsal tebal dan berbintik sedangkan rambut bagian ventral pucat.  Pada bagian lateral tubuh terdapat membran yang kita sebut sebagai patagium yang berfungsi untuk meluncur. Patagium  memiliki rambut dan  memanjang dari kaki depan hingga belakang serta dari leher sampai kuku. Jari pada Galeopterus variegatus memiliki membran dan bercakar. Jari berbentuk pipih dan dibagian telapak jari membentuk piringan penghisap yang berfungsi membantu mencengkram saat memanjat pohon.
      Galeopterus variegatus hidup secara arboreal, yang sebagain besar hidupnya dihabiskan di atas pohon. Hidup di daerah hutan hujan tropis di datara tinggi serta dapat ditemukan di hutan yang telah terganggu oleh aktifitas manusia. Galeopterus variegatus tersebar di Asia Tenggara dan edemik Indocina serta dataran sunda.
      Galeopterus variegatus termasuk herbivora dan dolivora yang memakan aun dan bunga. Selain itu, Galeopterus variegatus dapat memakan nektar.
10.  Macropus sp.  
Kingdom               : Animalia
Phylum                  : Chordata
Class                      : Mammalia
Order                     : Diprolodontia
Family                   : Macropodidae
Genus                    : Macropus
Spesies                  : Macropus sp.


      Kepala pendek dengan monong panjang dan tertutup rambut halus, telinga panjang dan tegak. Kaki depan jauh  lebih pendek dari kaki belakang. Memiliki kantung yang berada di bagian perut/ventral. Ekor panjang dan digunakan unuk keseimbangan saat berjalan. Rambut di bagain tubuh tebal dan kasar. Jantan memiliki ukuran tubuh 2 kali lebih besar dari betina. Betina memiliki vagina dobel. Spesies hewan ini memiliki 3 premolar dan 4 molar setiap rahang.
      Habitat Macropus sp. berupa hutan sampai padang rumput. Selain itu juga ditemukan di hutan yang luas dengan curah hujan tinggi atau agak kering. Persebaran hewan ini dari Australiadan beberapa wilayah Tasmania. Spesies ini tidak dilindungi. Makanan berupa rumput da dedaunan.
      Satu jantan berpsangan dengan 5-6 betina. Mereka hidup secara sosial dengn anggota mencapai lebih dari 50 individu dengan dominansi jantan (Jackson, 2003).

B.     Kesimpulan
Ordo Marsupialia memiliki masup’um yang berada di abdominal dan menggunakan untuk tempat perkembangan pada saat immature. Dermaptera memiliki ciri khas dapat gliding dengan patagiumnya. Chiroptera memiliki forelimb yang termodifikasi menjadi sayap/patagium. Rodentia memiliki sepasang rahang yang panjang, rootless, chisel-like dengan incisipus tumbuh sepanjang hidupnya. Pholidota  memiliki ciri tubuh tertutup sisik tulang yang overlapping dan terdapt rambut diantara sisiknya. Cetacea memiliki ciri mammalia yang mirip ikan dengan rambut yang tereduksi, pektoral limb termodifikasi menjadi mirip dayung.

C.     Daftar Pustaka
 Alspaugh, M. 2000. Delphinus delphis Short-Beaked Saddleback dolphin. http://animaldiversity.org/accounts/Delphinus_delphis.  Diakses pada 16 April 2016 pukul 22.09.
Ario, A. 2010. Panduan LapanganMengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation Internasional Indonesia. Jakarta. p. 41, 42, 52
Breen, K. 2003. Manis javanica Malayan pangolion. http://animaldiversity.org/accounts/Manis_javanica. Diakses pada 3 April 2016 pukul 15.04.
 Constantine, J. 2006. Callosciurus notatus Plantain Squirrel. http://animaldiversity.org/accounts/Callosciurus_notatus/. Diakses pada 16 April 2016 pukul 22.29
Francis, C. M. and p. Barrett. 2008. A Guide to the Mammals of South-East Asia. New Holland Publishers. London.  P. 355
Hutchins, M., A. V. Evans, R. W. Garrison, and N. 2003. Schlager Grzimek’s Animal Life Encyclopedia.  2nd edition. Volume 15. MI: Gale Group. Farmington Hills. p. 56
Hutchins, M., A. V. Evans, R. W. Garrison, and N. 2003. Schlager Grzimek’s Animal Life Encyclopedia.  2nd edition. Volume 16. MI: Gale Group. Farmington Hills. p. 116
Jackson, S. 2003. Australian Mammals Biology and Management. CSIRO. Collingwood VIC.
Kotpal, R. L. 2010. Modern Text Book of Zoology Vertebrates [Animal Diversity II]. Rastogi Publications. New Delhi. p. 491, 492
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2016. Bandicota indica Greater Bandicoot Rat.. http://animaldiversity.org/accounts/Bandicota_indica/classification/. Diakses pada 16 April 2016 pukul 22.13
Norton, K. 2011. Pteropus vampyrus Large Flying Fox. http://animaldiversity.org/accounts/Pteropus_vampyrus. Diakses pada 16 April 2016 pukul 12.17.

Ruedas, L., Heaney, L. & Molur, S. 2008. Rattus exulans. http://www.iucnredlist.org/details/19330/0. Diakses pada 16 April 2016 pukul 21.28.

BEBERAPA MODIFIKASI SISTEM INTEGUMEN PADA MAMMAL

BEBERAPA MODIFIKASI SISTEM INTEGUMEN PADA MAMMAL
Seluruh mammalia memiliki beberapa rambut dan tertutupi oleh rambut (Postlethwait and Hopson,2006).  Rambut ini akan menginsulasi tubuh melawan kehilangan panas. Rambut tersusun atas filamen keratin protein. Fungsi proteksi ini berjalan berkat adanya kluster sel di ujung dalam dermal pits yang kita sebut sebagai folikel rambut. Kelenjar minyak berasosiasi dengan folikel rambut mencegah kekeringan pada rambut (Postlethwait and Hopson,2006). Dasar pada rambut kita sebut sebagai akar yang tetap membentuk panjang pada shaft yang tak hidup (Kardong, 2009). Permukaan luar dari shaft membentuk kulikula yang bersisik. Selanjutnya dibawahnya terdapat korteks rambut dan di dalam intinya terdapat medula rambut, 
True horn dapat ditemukan pada familiy Bovidae, yang dalam praktikum ini diwakili oleh Capra sp. Tanduk pada Capra sp. memiliki rongga yang diselimuti oleh lapisan epidermis yang mengalami keratinisasi  (Hickman, et al., 2008). Tanduk ini akan muncul dari inti tulang yang berasal dari tengkorak  (Hickman, et al., 2008). Tanduk tidak mengalami percabangan hanya memiliki bentuk kurva dan tumbuh kontinyu dan muncul pada jantan dan betina (Hickman, et al., 2008).
Antlers (ranggah) terdapat pada family Cervidae, yang ddalam praktikum ini diwakili oleh Cervus sp. Ranggah memiliki bentuk bercabang dan ketika telah dewasa akan tersusun oleh tulang padat (Hickman, et al., 2008). Ranggah dalam perkembangannya tertutupi  oleh  kulit lembut vaskuler yang kita sebut sebagai velvet (Hickman, et al., 2008). Pertumbuhan rangga selesai sebelum datangnya musim kawin. Pembuluh darah akan mengecil dan rusa jantan akan megnhilangkan velvet dengan menggosokkan ranggah ke pohon. Ranggah selanjutnya akan rontoh setelah musim kawin berakhir. Kuncup baru akan muncul beberapa bulan kemudian untuk membentuk ranggah lagi (Hickman, et al., 2008).
Pada mammal, ujung akhir dari distal pada jari-jari mengalami keratinisasi yang akan menyarungi atau piring yang berasal dari derivat epidermis membentuk cakar, kuku atau teracak. Struktur ini tidak dimiliki oleh famili paus dan sirenia (Hutchins et al., 2003).  Claw selalu memiliki bentuk tajam, membentuk kurva dan pointed. Claw  terdiri dari piringan dorsal yang kita sebut sebagai unguis dan piringan ventral yang kita sebut sebagai subunguis. Unguis berbentuk kurva baik dalam panjang dan lebarnya yang mengelilingi subunguis. Subunguis tersambung ke pad digital yang ada di akhir jari. Claw ada pada spesies predator seperti singa dan macan. Claw digunakan oleh predator untuk holding mangsanya serta proteksi (Hutchins et al., 2003). Squirrels memiliki claw yang membantu dalam proses scampering pada cabang-cabang pohon.
Kuku merupakan modifikasi cakar (claw) yang ditemukan pada jari-hari pertama pada mammal arboreal dan disemua jari-jari beberapa primata   (Hutchins et al., 2003). Pada praktikum ini, kuku diwakili oleh Homo sapiens. Kuku hanya menutupi bagian dorsal jari-jari. Unguis merupakan bagian piringan kuku pada anatomi manusia memiliki bentuk broad dan flat, sedangkan subunguis mengalami vestigial. Kuku akan melindungi ujung jari dan jari kaki dari akar kuku dibawah lipatan kulit didasar dan samping kuku (Postlethwait and Hopson,2006).
Hooves merupakan konstruksi unguis yang menonjol dengan bentuk kurva disekitar jari dan mengelilingi subunguis proteksi (Hutchins et al., 2003).
Daftar Pustaka
Hutchins, M., A. V. Evans, R. W. Garrison, and N. 2003. Schlager Grzimek’s Animal Life Encyclopedia.  2nd edition. Volume 12. MI: Gale Group. Farmington Hills. p. 39, 40
Kardong, K. V. 2009. Verrtebrates Comparative Anatomy, Function, Evolution. 6th Ed. McGraw-Hill. New York. p. 228, 232
Postlethwait, J. H. & J. L. Hopson. 2006. Modern biology. Holt, Rinehart and Winston. New York.  p. 926

Sunday, September 4, 2016

Peran Sistematika Mikrobia untuk Biolog

Peran Sistematika Mikrobia untuk Biolog
            Mikrobia merupakan organisme esensial yang berperan dalam jejaring makanan. Peran mikrobia di alam sangatlah kompleks. Peran mereka menjadi dekomposer, membantu persediaan nitrogen di alam. Sedangkan peran dalam rantai makanan menyediakan rantai makanan untuk tumbuhan dan hewan.
            Mikrobia yang dipelajari dalam mikrobiologi adalah bakteri, fungi, algae, virus dan protozoa. Mikrobia memiliki ukuran dari diamter 20 nm  pada virus dan 5 mm pada protozoa.  Dalam mempelajari mikroogranisme, terdapat cabang studi berupa sistematika mikrobia untuk mempermudah pembelajaran. Sistem mikrobia sendiri merupakan ilmu yang mempelajari keanekaragaman mikrobia dan hubungannya secara fenetik maupun filogenetik. Subdisiplin sistematika mikrobia terdiri atas klasifikasi, identifikasi dan tata nama. Subdisiplin tersebut tak dapat lepas dari sistematika mikrobia dan tak dapat berdiri sendiri.

            Sistematika mikrobia sangat bermanfaat untuk seorang Biolog. Manfaat ini akan terasa ketika seorang Biolog bekerja atau fokus ke bidang mikrobiologi. Misalnya, ketika kita menyelidiki penyebab suatu penyakit dan menemukan bahwa suatu spesies mikrobia baru yang terdapat di laut dalam dan susah untuk diekstraksi. Dengan demikian, seorang biolog akan mengidentifikasi spesies mikrobia tersebut dan selanjutnya setelah diketahui posisi taksanya, akan dicari strain mikrobia yang memiliki kedekatan taksa sehingga diperoleh zat seperti yang dihasilkan spesies baru. Selain itu, ketika sebuah  produk makanan dibuat dengan bantuan mikrobia menjadi gagal atau kualitasnya menurun, maka seorang biolog akan menguji dan memastikan mikrobia yang digunakan merupakan strain yang sama seperti sebelumnya. Tapi bila ternyata strain yang diuji ternyata berbeda dan bahkan berbeda spesis serta kedudukan taksanya maka seorang biolog akan mengganti strain tersebut dengan strain lain yang mirip.

sepintas tentang taksonomi, biosistematik dan sistematik

sepintas tentang taksonomi, biosistematik dan sistematik
1.       Definisi taksonomi, biosistematik dan sistematik.
Taksonomi merupakan ilmu yang mempelajari dan mendiskripsikan variasi organisme, menginvestigasi penyebab dan konsekuensi suatu variasi, dan manipulasi data yang didapat untuk memproduksi sistem klasifikasi (Stace, 1989).
Sistematik merupakan ilmu yang mempelajari diversitas dan perbedaan organisme serta hubungan keberadaan diantara mereka (Sivarajan, 1991).
Biosistematik adalah ilmu yang mempelajari variasi, studi eksperimental dan studi hibidisasi pada informasi genetik serta sistem nomenklatur berdasarkan hubungan, varietas, struktur dinamik, genetik, sitologi, komparatif morfologi dan ekologi; serta dapat digunakan untuk mempelajari evolusi (Singh, 2010).
2.      Hubungan taksonomi, biosistematik dan sistematik.
Taksonomi lebih menekankan studi mengenai populasi organisme daripada individu serta proses evoluasi yang terjadi pada populasi. Biosistematik lebih fokus pada genetik, sitologi dan aspek ekologi pada taksonomi dan bekerja pada eksperimen di taman. Kajian dari biosistematik juga dijadikan dasar bagi taksonomi karena kajian taksonomi saja tidak lengkap tanpa adanya biosistematik (Sivarajan, 1991).
Taksonomi merupakan bagian dari sistematik. Sistematik sendiri terdiri dari sistem taksonomik, nomenklatur dan dokumentasi.  Pada awalnya taksonomi dan sistematik merupakan cabang ilmu yang berbeda, selanjutnya oleh Lam (1959) dan Turrill (1964) dianggap sebuah sinonim dan diikuti oleh yang lain (Stace, 1989).


Daftar Pustaka:
Stace, C. A. 1989. Plant Taxonomy and Biosystematics. 2nd ed. Edward Arnold a Division of Hodder   and Sloughton. London. P. 5-6
Singh, G. 2010. Plant Systematics an Intergrated Approach. Science Publishers. Jersey. P. 128

Sivarajan,V. V. 1991. Introduction to Principles of Plant Taxonomy. Cambridge University Press. New York. P. 14