Sigmoid curve/ growth
curve/ s curve
Pertumbuhan
tanaman dibagi menjadi 3 fase, yaitu : formasi, elongasi dan maturasi (Edwin et al.,
2005).
Fase pertama terjadi pembentukan sel baru secara kontinu oleh merisistem apikal
(Edwin et al., 2005). Fase elongasi terjadi ketika sel baru
yang terbentuk mengalami pertambahan ukuran (Edwin et al.,
2005).
Sedangkan fase maturasi, sel mengalami kedewasaan dengan size permanen dan
bentuk permanen (Edwin et al., 2005).
Kurva sigmoid
digunakan pada pertumbuhan seedling pada kondisi gelap dan cahaya yang
terkontrol (Mohr and Schopfer, 1995). Kondisi yang diberikan untuk pertumbuhan
seedling sama kecuali faktor cahaya (Mohr and Schopfer, 1995). Kurva sigmoid dibentuk dengan mengamati
pertumbuhan organ seperti akar primer, internodes, daun atau buah (Mohr and
Schopfer, 1995). Kurva sigmoid akan memperlihatkan pertumbuhan dengan yang
mula-mulanya lambat dan kemudian meningkat kemudian meningkat dan naik secara
eksponensial, selanjutnya akan mengalami penurunan secara lambat serta berhenti
(Opik
& Rolfe, 2005). Senescene dapat kehilangan massa (Opik & Rolfe, 2005).
Pada
kurva sigmoid terdapat fase lag, fase log dan fase steady state (Edwin et al., 2005). Pada fase lag
pertumbuhan tanaman berjalan lambat (Edwin et al.,
2005).
Selain itu pada fase lag, terjadi aktivasi metabolisme dan sintesis enzim (Black, 2008). Fase log
organisme telah beradapasi sehingga terjadi kenaikkan pertumbuhan secara cepat (Black,
2008; Edwin et al., 2005). Selanjunya fase steady state yang ditandai pertumbuhan telah menurun (Edwin et al.,
2005). Pada fase ini produksi sel baru sama dengan sel lama yang mati (Black,
2008).
Kurva sigmoid tak seluruhnya menunjukkan
kesuksesan tumbuhan tumbuh pada fase pengembangan bagian-bagiannya (Steward,
1971). Kurva pertumbuhan dapat berbentuk double sigmoid, kedua bagian ini akan
terpisahkan oleh periode pendek saat laju pertumbuhan yang turun menjadi nol
(Steward, 1971).
Pembatasan embrio ditemukan
pertama dengan memenuhi kapasitas rongga
pada embrio sac pada waktu ketika berkurangnya level endogenous giberelin.
Pertumbuhan biji dimulai ketika terdapat flukstuasi baru dari endogenous
giberelin yang terdeteksi.
Pada
tumbuhan muda kenaikkan massa merupakan kenaikkan titik pertumbuhan, di area fotosintetik
dan di akar absorptive (Opik & Rolfe, 2005). Kenaikkan dapat terjadi pada potensi
pertumbuhan dan laju pertumbuhan (Opik & Rolfe, 2005). Senescene kehilangan massa akibat respirasi yang
melebihi fotosintesis dan kegiatan menghilangkan organ (Opik &
Rolfe, 2005).
Sumber:
Black,
J. B. 2008. Microbiology: Principles and
Explorations. John Wiley and Sons. Hoboken, NJ. p. 149
Edwin, R., T. Sekar, Sankar, and S. Munusamy. 2005. Botany Highter
Secondary Second Year. Tamil Nadu Textbook Corporation. College Road, Chennai.
P. 218
Mohr, H. And P. Schopfer. 1995. Plant Physiology. Springer. New York. P.
295
Opik,
H. And S. Rolfe. 2005. The Physiology of
Flowering Plants. 4th ed. Cambridge. Cambridge. P. 171, 172
Steward, F. C. 1971. Plant Physiology a Treatise Volume VIA :
Physiology of Development Plants and Their Reproduction. Academic Press. New
York. P. 421
No comments:
Post a Comment