Thursday, May 21, 2015

Sigmoid curve/ growth curve/ s curve

Sigmoid curve/ growth curve/ s curve
                Pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 3 fase, yaitu : formasi, elongasi dan maturasi (Edwin  et al., 2005). Fase pertama terjadi pembentukan sel baru secara kontinu oleh merisistem apikal (Edwin  et al., 2005). Fase elongasi terjadi ketika sel baru yang terbentuk mengalami pertambahan ukuran (Edwin  et al., 2005). Sedangkan fase maturasi, sel mengalami kedewasaan dengan size permanen dan bentuk permanen (Edwin  et al., 2005).
Kurva sigmoid digunakan pada pertumbuhan seedling pada kondisi gelap dan cahaya yang terkontrol (Mohr and Schopfer, 1995).  Kondisi yang diberikan untuk pertumbuhan seedling sama kecuali faktor cahaya (Mohr and Schopfer, 1995).  Kurva sigmoid dibentuk dengan mengamati pertumbuhan organ seperti akar primer, internodes, daun atau buah (Mohr and Schopfer, 1995). Kurva sigmoid akan memperlihatkan pertumbuhan dengan yang mula-mulanya lambat dan kemudian meningkat kemudian meningkat dan naik secara eksponensial, selanjutnya akan mengalami penurunan secara lambat serta berhenti (Opik & Rolfe, 2005). Senescene  dapat kehilangan massa  (Opik & Rolfe, 2005).
Pada kurva sigmoid terdapat fase lag, fase log dan fase steady state (Edwin  et al., 2005). Pada fase lag pertumbuhan tanaman berjalan lambat (Edwin  et al., 2005). Selain itu pada fase lag, terjadi aktivasi metabolisme dan  sintesis enzim (Black, 2008). Fase log organisme telah beradapasi sehingga terjadi kenaikkan pertumbuhan secara cepat (Black, 2008; Edwin  et al., 2005). Selanjunya fase steady state yang ditandai pertumbuhan telah menurun (Edwin  et al., 2005). Pada fase ini produksi sel baru sama dengan sel lama yang mati (Black, 2008).
            Kurva sigmoid tak seluruhnya menunjukkan kesuksesan tumbuhan tumbuh pada fase pengembangan bagian-bagiannya (Steward, 1971). Kurva pertumbuhan dapat berbentuk double sigmoid, kedua bagian ini akan terpisahkan oleh periode pendek saat laju pertumbuhan yang turun menjadi nol (Steward, 1971).  
Pembatasan embrio ditemukan pertama dengan  memenuhi kapasitas rongga pada embrio sac pada waktu ketika berkurangnya level endogenous giberelin. Pertumbuhan biji dimulai ketika terdapat flukstuasi baru dari endogenous giberelin yang terdeteksi.
                Pada tumbuhan muda kenaikkan massa merupakan kenaikkan titik pertumbuhan, di area fotosintetik dan di akar absorptive (Opik & Rolfe, 2005).  Kenaikkan dapat terjadi pada potensi pertumbuhan dan laju pertumbuhan (Opik & Rolfe, 2005). Senescene  kehilangan massa akibat respirasi yang melebihi fotosintesis dan kegiatan menghilangkan organ (Opik & Rolfe, 2005).
Sumber:
Black, J. B.  2008. Microbiology: Principles and Explorations. John Wiley and Sons. Hoboken, NJ. p. 149
Edwin, R., T. Sekar, Sankar, and S. Munusamy. 2005. Botany Highter Secondary Second Year. Tamil Nadu Textbook Corporation. College Road, Chennai. P. 218
Mohr, H. And P. Schopfer. 1995. Plant Physiology. Springer. New York. P. 295
Opik, H. And S. Rolfe. 2005. The Physiology of Flowering Plants. 4th ed. Cambridge. Cambridge.  P. 171, 172

Steward, F. C. 1971. Plant Physiology a Treatise Volume VIA : Physiology of Development Plants and Their Reproduction. Academic Press. New York. P. 421

No comments:

Post a Comment