Leukosit
Leukosit merupakan darah yang memiliki nuklei dan penuh
dengan komponen organel tanpa mengandung hemoglobin (Tortora and Derrickson, 2012).
Leukosit dibedakan menjadi granular dan agranular berdasarkan adanya granula
sitoplasmik(Tortora and Derrickson, 2012). Leukosit residen merupakan jumlah
persen neutrofil (12,9%), makrofage (50,1%) dan limfosit (37%) (Lam, 2008).
Leukosit mature berada di darah periferal dan prekursornya ada di tulang dan
jaringan limfoid terdiri dari sistem leukosit (Troy, 2006)
Leukosit granular terdiri atas
neutrofil, eosinofil, dan basofil (Tortora and Derrickson, 2012).
a.
Neutofil
memiliki morfologi yang lebih kecil dari lukosit granular lainnya (Tortora and
Derrickson, 2012). Neutrofil didistribusikan hanya waktu-waktu tertentu dan
memiliki warna ungu pucat (Tortora and Derrickson, 2012). Memiliki nukelus
dengan 2-5 lobus yang dihubungkan dengan materi nukleus. Neutrofil merupakan
granilosit dengan jumlah terbanyak dan sel yang datang pertama kali ketika
terjadi infeksi (Rogers, 2011). Neutrofil
akan melakukan fagositosis pada mikroogranisme yang menginfeksi. Kenaikan
jumlah neutrofil dapat terjadi karena infeksi, respon inflamasi, respon stress
dan malignancies (Ciesla, 2007).
b.
Eosinofil
memiliki ukuran besar dengan granula berukuran yang seragam(Tortora and
Derrickson, 2012). Eosinofil mempunyai 2
lobus yang terkoneksi dengan materi nuklear yang tipis (Tortora and Derrickson,
2012). Eosinofil berfungsi dalam menghancurkan parasit dan merespon inflamatory
(Rogers, 2011). Kenaikan jumlah eosinofil terjadi karena penyakit kulit,
penyakit parasit, penolakan transplant, dan myeloproliferative disorders (Ciesla,
2007).
c.
Basofil
berbentuk bulat dengan ukuran granula yang bervariasi dan mempunyai 2 lobus
(Tortora and Derrickson, 2012). Basofil mengandung histamin dan leukotrienes
yang penting untuk respons inflamasi alergi (Rogers, 2011). Kenaikan jumlah
basofil terpengaruh kondisi berupa
myeloproliferative disorders, reaksi hipersensitif dan ulcerative
colitis (Ciesla,
2007).
Leukosit
agranular terdiri atas limfosit dan monosit (Tortora and Derrickson, 2012).
a.
Limfosit
memiliki bentuk bulat. Kenaikan jumlah limfosit merupakan diagnosa yang
signifikan pada infeksi firal akut dan beberapa penyakit emmnodefisiensi (Tortora
and Derrickson, 2012). Limfosit terdiri atas sel B dan sel T (Rogers, 2011).
Sel B akan mensekresi protein berupa antibodi yang akan mengikat mikrorganisme
asing di jaringan tubuh dan memediasi penghancurannya (Rogers, 2011). Sel T
akan mengenali infeksi viral atau sel kanker dan selanjutnya akan
menghancurkannya atau dapat pula membantu sel untuk memproduksi antibodi sel B
(Rogers, 2011).
b.
Monosit
memiliki bentuk nukleus ginjal atau dapat berupa tapal kuda (Tortora and
Derrickson, 2012). Monosit akan datang ke daerah infeksi dan melaksanakan
fagositosis mikroorganisme patogen yang terbunuh dan membersihkan debris sel
dari daerah infeksi (Rogers, 2011). Kenaikkan jumlah limfosit terjadi akibat
infeksi kronik, malignancies, leukimia dengan komponen monosit kuat dan
kegagalan sumsum tulang (Ciesla,
2007).
Granulosit pada tikus memiliki nuklei
tanpa lobus yang membedakan dan memiliki bentuk tapal kuda atau cincin (Thrall
et al., 2012). Neutrofil memiliki sitoplasma tanpa
warna (Thrall
et al., 2012). eosinofil memiliki nukleus bentuk
cincin atau u, sitoplasma basofilik dan beberapa granula sitoplasma eosinofil (Thrall
et al., 2012).
White blood count (WBC) merupakan
pengukuran jumlah total leukosit di darah (Tate,2012). Normalnya leukosit
memiliki jumlah 5000-9000 permikroliter darah. Perhitungan diferensial leukosit
adalah mengetahui persentasi setiap 5 macam leukosit pada WBC (Tate,2012).
Tikus mempunyai nilai 9,98 ×103/μL (Thrall et al., 2012). Sedangkan menurut sumber lain, WBC pada jantan
berupa 12,43 ×103/μL dan 12,02 ×103/μL untuk betina (Suckow et al., 2006). Jumlah leukosit
akan naik ketika terdapat penyakit (Rogers, 2011).
Sumber:
Ciesla, B. 2007. Hematology in Practice. F. A. Davis
Company. Philadelphia. P. 144
Lam,
T. J. G. M. 2008. Mastitis Control from
Science to Practice. Wageningen Academic. The Hague. P. 158
Rogers, K. 2011. Blood Physiology and Circulation. Britannica Educational. New York.
p. 40, 41, 42
Suckow, M. A., S. H. Weisbroth, and C.
L. Franklin. 2006. The Laboratory Rat.
2nd Ed. Elsevier. London. p. 132
Tate, S. 2012. Seeley’s Principles of Anatomy and Physiology. 2nd Ed. McGraww
Hill. New York. p.
483
Thrall,
M. A., G. Weiser, R. W. Allison, and T. W. Campbel. 2012. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Wiley-Blackwell. West
Sussex. P. 228
Tortora, G. J. And B. Derrickson. 2012.
Principles of anatomy and physiology.
John Wiley and Sons. Hoboken. P. 738, 739
Troy,
D. B. 2006. Remington the Science and
Practice of Pharmacy. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia
No comments:
Post a Comment