Sistem Reproduksi
Betina
Oogenesis
merupakan perkembangan oosit yang dimulai saat fetus (Tate,2012).
Saat perkembangan empat bulan, ovari mengandung 5 juta oogonia yang merupakan
sel perkembangan dari oosit (Tate,2012).
Ovari merupakan organ kecil yang tergantung dari dinding
tubuh dorsal pada ligamen mesoovarium dan terletak didekat ginjal (Fox et al., 2007). Ovari memiliki jaringan
berupa inner medulla dan outer korteks (Shier et al., 2007). Komposisi medulla berupa pembuluh darah, pembuluh
limfa dan serabut syaraf (Shier et al.,
2007). Sedangkan korteks mengandung jaringan kompaks dan folikel ovarian (Shier
et al., 2007). Oviduk merupakan pipa
yang tergulung-gulung dari dinding tubuh dorsal pada ligamen mesotubarium yang
menghubungkan ruangan periovarian antara ovari dengan bursa bersama uterus (Fox
et al., 2007). Oviduk inilah yang
menerima oosit dari ovari (Tate,2012). Uterus tikus berupa dupleks dengan 2
uterin seperti tanduk panjang dan tubuh pendek, atau corpus sehingga
kenampakkannya seperti huruf ‘Y’ (Fox et al., 2007). Dinding uterus terdapat 3
lapisan beupa: endometrium, miometrim dan perimetrim (Shier et al., 2007). Serviks merupakan saluran
lanjutan korpus pada urus (Fox et al., 2007).
Vagina merupakan perluasan dari serviks ke bukaan vagina (Fox et al., 2007). Vagina memiliki 3 lapisan
berupa mukosal layer, muskular layer dan fibrous layer (Shier et al., 2007). Organ eksternal betina
terdiri atas labia majora, labia minora, clitoris dan kelenjar vestibular.
Fase estus terdiri atas endokrin, tingkah laku dan
peristiwa fisiologis yang muncul setiap 4-6 hari dalam kehidupan reproduksi
kecuali terjadi kehamilan, pseudopregnancy atau anestrus (Fox et al., 2007). Siklus estrus terbagi
menjadi 4 fase: proestrus, estrus, metaestrus dan diestrus (Wicaksono dkk.,
2013).
1.
Proestrus dimulai ketika fase anabolik
pada siklus dan dilihat pada perkembangan folikel antral di ovari dan menaikkan konsentrasi esterogen.
Kenaikkan ini menstimulasi pembelahan sel di uterus dan vagina serta terdapat
akumulasi cairan di oviduk dan uterus. Pada fase ini vagina terbuka lebar dan
jaringan berwarna pink-kemerahan dan lembab. Terdapat lipatan longitudional
yang dapat dilihat pada bibir dorsal dan ventral.
2.
Estrus merupakan fase dimana betina
menerima jantan akibat dari konsentrasi esterogen naik dan berdampak pada
perilaku. Fase estrus ini terjadi proses
ovulasi setelah 12 jam lonjakkan LH. Di
uterus dan oviduk terjadi aktifasi pertumbuhan dan akumulasi cairan berlanjut
dengan akumulasi cairan di ampulla terlihat jelas. Epitelium di vagina telah
mencapai ketebalan maksimalan dan vulva membengkak serta memiliki kenampakkan
lebih merah. Vagina menjadi kurang lembab
3.
Metestrus berupa fase katabolik dengan
pengurangan konsentrasi esterogen dan LH serta ovulasi. Korpus lutea terbentuk
dan atresia tersebar sepanjang folikel. Pertumbuhan di uterus berakhir dan
epitelum menunjukkan sinyal degenerasi. Pada vagina lembaran sel epipetal slough off dan leukosit hadir. Metestrus
terbagi menjadi 1 dan 2. Metestrus 1 atau awal jaringan vagina pucat dan
kering, bibir dorsal tidak sebagai edematous di estrus. Metestrus akhir/ 2
bibir lebih edematous dan surut serta terdapat debris sel putih serta terdapat
neutrofil.
4.
Diestrus berupa fase pasif dengan
konsentrasi esterogen tetap rendah dan tak adanya proses mating. Korpus lutea
tak aktif serta progesteron terproduksi sedikit. Vagina terbuka kecil dan
jaringan berwarna ungu dan sangat lembab. Vulva pucat, kering dan tertutup.
Terjadi pertumbuhan folikel secara cepat yang berkembang di uterus dan vagina.
Panjang-pendeknya fase estrus terpengaruhi oleh genetika,
handling stress, posisi intrauterine, makanan, menyusui, produksi susu, kondisi
tubuh, dan sosial komunikasi seperti feromon (Fox et al., 2007; Wicaksono dkk., 2013).
Siklus
estrus dapat dideteksi dengan melihat morfologi sel dengan vaginal smear (Suckow
et al., 2006). Deteksi siklus estrus dapat menggunakan impedence meter
untuk mendeteksi resistensi elektikal pada membran mukosa vagina dengan
memasukkan electical probe di vagina (Suckow et al., 2006).
Sumber:
Fox,
J. G., S. W. Barthold, M. T. Davisson, C. E. Newcomer, F. W. Quimby, and A. L.
Smith. 2007. The Mouse in Biomedical Research. 2nd Ed. Vol III. Academic Press.
Tokyo. P. 97, 98, 99, 101 (Fox et al., 2007)
Shier,
D., J. Butler, and R. Lewis. 2007. Hole’s
Human Anatomy and Physiology. McGraww Hill. New York. p. 847, 855, (Shier et al., 2007)
Suckow,
M. A., S. H. Weisbroth, and C. L. Franklin. 2006. The Laboratory Rat. 2nd Ed. Elsevier. London. P. 149, 150
Tate,
S. 2012. Seeley’s Principles of Anatomy
and Physiology. 2nd Ed. McGraww Hill. New York. p. 785, 787, 790
(Tate,2012)
Wicaksono,
A. W., I. G. B. Trilaksana, dan D. N. D. I. Laksmi. 2013. Pemberian Ekstrak
Daun Kemanggi (Ocimum basilicum) terhadap
Lama Siklus Estrus pada Mencit. Indonesia Medicus Veterinus. 2 (4):
369-374.
No comments:
Post a Comment