LAPORAN
PRAKTIKUM
EFEK
LOGAM KADMIUM PADA DENSITAS Chlorella
zofingiensis
NAMA : CANDRA PUSPITA R.
NIM : 12/339127/BI/8994
LABORATORIUM
EKOLOGI DAN KONSERVASI
FAKULTAS
BIOLOGI
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
2015
Pendahuluan
Latar Belakang Ilmiah
Ekosistem aquatik merupakan ekosistem yang paling mudah
mengakumulasi kontaminan (Qian et al., 2009). Komponen metal terdapat secara
alami di dalam bedrock, akan tetapi
akibat proses industri,agrikultural dan domestik mengakibatkan peningkatan
substansi logam di lingkungan serta berkurangnya diversitas seiring
meningkatnya bioakumulasi dan besarnya
toksikan di rantai makanan (Qian et al., 2009; Afkar et al., 2010). Selanjutnya komponen metal akan tertransfer
kedalam rantai makanan dan berakibat toxic pada organisme (Qian et al., 2009).
Komponen metal tak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme dan hanya dapat
terakumulasi pada rantai makanan yang akan berakibat pada kesehatan manusia
(Qian et al., 2009). Komponen metal merupakan polutan yang paling persistent di lingkungan aquatik (Qian
et al., 2009).
Algae merupakan produsen primer yang menyediakan oksigen
dan substansi organik untuk organisme lain
(Qian et al., 2009). Algae
bersifat sensitif pada kontaminan metal pada konsentrasi relevant di lingkungan
serta dapat mengakumulasinya (Qian et al., 2009; ; Afkar et al., 2010). Ketika lingkungan tercemar algaelah yang
pertama terkena polusi logam metal (Carfagna et al., 2013). Chlorella merupakan salah satu
fitoplankton yang dapat hidup di media yang mengandung Cd2+ (Kusuma dan Zulaika, 2014)
Kadmium
merupakan metal yang menyebabkan polusi lingkungan aquatik, bersifat toksis
pada organisme air tawar dan sangat stabil di lingkungan aquatik (Qian et al.,
2009; Ouyang et al., 2012). Paparan Cd mengganggu penyerapan tumbuhan, water uptake, respirasi, pengangkutan dan perbedaan penggunaan nutrien
makro dan mikro (Qian et al., 2009). Efek merugikan lainnya berupa klorosis,
mereduksinya biomassa dan kematian. Efek letal dapat bersifat langsung atau tak
langsung pada produksi jenis oksigen reaktif, perubahan pada protein, DNA,
lipid sel dan menyebabkan kematian sel (Qian et al., 2009). Berdasarkan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN
KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA batas
baku mutu kadmium pada peraian berupa 0,01 mg/l.
Inhibitory concentration (IC) merupakan
konsentrasi dari suatu substansi yang akan menyebabkan penghambatan suatu
sistem. IC50 merupakan konsentrasi median yang menyebabkan 50% penghambatan
(Duffus and Worth, 2006).
Pada
praktikum ini hanya dilakukan sampai efek sublethal. Efek sublethal ini
ditandai dengan berkurangnya densitas sel. Sehingga hanya akan menghambat
pertumbuhan. Yang selanjutnya akan memperlambat kurva pertumbuhan.
Permasalahan dan
Pertanyaan Penelitian
Chlorella sp.
merupakan salah satu contoh dari produsen primer. Algae ini merupakan salah
satu penghasil oksigen diperairan tawar dan berfungsi sebagai prey bagi zooplankton. Dengan adanya
pencemaran logam berat di daerah perairan organisme di perairan akan terkena
dampak. Saat pencemaran kadmium di perairan terjadi Chlorella sp. sebagai produsen akan terkena dampak pertama kali dan
selanjutnya zooplankton serta organisme lainnya yang memakan Chorella serta zooplankton yang memakannya. Dengan
demikian akan terjadi akumulasi logam kadmium di organisme peraian.
Ketika logam kadmium terlepas dan mencemari lingkungan freshwater, Chlorella sebagai mikroalgae
akankah mengalami penurunan densitas? Dan berapakah IC50 kadmium pada Chlorella? Dan pada berapa ppm
konsentrasi logam kadmium yang akan menghambat densitas sebesar 50%? Berapa
toleransi Chlorella pada konsentrasi logam kadmium yang dapat
ditolerir?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui IC50 Chlorella pada logam kadmium.
Hipotesis
Chlorella
zofingiensis ketika dikenai paparan logam kadmium akan mengalami penurunan
densitas ketika konsentrasi logamnya ditambah. Pada konsentrasi tertentu Chlorella zofingiensis masih dapat mentoleransi
adanya kadmium.
Metode
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa lampu
untuk menerangi Chlorella zofingiensis,
erlenmeyer sebagai tempat kultur, mikroskop cahaya untuk mengamati densitas Chlorella zofingiensis, autoclave untuk
mensterilkan alat yang akan digunakan, pipet tetes untuk meneteskan larutan,
mikropipet untuk mengambil larutan dalam volume mikro,dan hand counter untuk
menghitung jumlah densitas.
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kultur Chlorella zofingiensis sebagai bahann uji, freshwater sebagai medium hidup, medium BBM untuk nutrien, larutan
stok pencemar untuk mencemari mikroalgae, alkohol 70% untuk mengfiksasi, dan
logam Cd dengan konsentrasi 1, 3, 6 dan 9 dengan menentukan hasil uji
pendahuluan. Logam Cd ini didapat dengan pemecahan dar CdCl2
Cara kerja
Kultur Chlorella
zofingiensis dilakukan dengan menumbuhakannya di medium BBM dan diaerasi.
Penumbuhan Chlorella dilakukan sampai mencapai fase log.
Pertumbuhan mikroalgae dihitung densitasnya setiap 24 jam selama 7 hari dan
dibuat kurva pertumbuhannya. Larutan toksikan dibuat dengan CdCl2 0,1 gram dicampur dengan aquadest sampai tanda
100 mL sehingga terbentuk stok Cd konsentrasi 1000ppm. Untuk memperoleh
konsentrasi di bawah 1000 ppm, larutan tersebut diencerkan.
Kadar kadmium yang akan digunakan dalam uji sebenarnya dicari
dengan melakukan uji pendahuluan. Uji pendahuluan ini dilakukan dengan
konsentrasi kadium sebesar 0; 0,1; 1 dan 10 ppm. Uji pendahuluan ini bertujuan
untuk menentukan kisaran toleransi kadmium yang akan digunakan pada uji
sebenarnya. Pengujian dilakukan setiap 24 jam selama 4 hari.
Uji sebenarnya dilaksanakan untuk mengetahui besarnya
konsentrasi yang menghambat pertumbuhan Chlorella
sp. sebesar 50%. Chlorella sp. diinokulasikan pada botol
kultur berisi medium BBM. Melalui uji pendahuluan, mikro algae telah mengalami
10 ppm sudah menghambat sehingga konsentrasi
Cd yang diberikan 1, 3, 6, dan 9 ppm.
Efek kadmium pada pertumbuhan Chlorella diamati dengan perhitungan densitas Chlorella dari 0-96 jam setiap 24 jam setelah pemaparan logam.
Kultur Chlorella yang akan diamati
difiksasi dengan larutan formalin 5%. Selanjutnya densitasnya dapat dihitung
dengan alat hemositometer. Kultur yang telah difiksasi diletakkan pada
hemositometer dan ditutup dengan kaca penutu dan dihitung densitasnya dengan
mikroskop dan hand counter.
Analisis data
Densitas mikroalgae dari 0, 24, 48, 72 dan 98 jam
dihitung dan dilihat berapa persen penghambatannya. Selanjutnya dibuat grafik
dengan sumbu x sebagai konsentrasi logam kadmium dan sumbu y sebagi densitas
mikroalgae untuk melihat tren naik-turunnya densitas mikroalgae. Selanjunya
dibuat analisis regresi dengan x sebagai konsentrasi kadmium dalam ppm dan y
sebagai %inhibisi untuk mendapatkan grafik % inhibisi. Rumus yang digunakan
berupa:
Perhitungan
Regresi
dan selanjutnya
dilakukan interpolasi dengan menarik garis yang sumbu y dan menemukan
perpotongan sumbu x sehingga didapat konsentrasi IC50.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Hasil yang didapat dalam penelitian ini didapat grafik
densitas pada berbagai konsentrasi kadmium tiap 0, 24, 48, 72 dan 96 jam
seperti dibawah ini:
Gambar
1. Densitas Chlorella setiap 0, 24, 48, 72 dan 96 jam pada berbagai
konsentrasi logam kadmium
Dari
gambar 1. Didapat densitas Chlorella setiap perlakukan logam mengalami penurunan.
Berbeda dengan kontrol yang selalu naik.
Sedangkan persen penghambatan yang dilakukan oleh kadmium
pada berbagai konsentrasi kadmium terdapat grafik bawah ini:
Gambar
2. Hasil persen inhibisi logam kadmium terhadap Chlorella pada berbagai
konsentrasi.
Dari
grafik diatas didapat IC50 terjadi pada konsentrasi antara 3,1- 3,2 ppm.
Pembahasan
Melalui
gambar 1 terlihat pada berbagai konsentrasi kadmium densitas mikroalgae
mengalami penurunan setiap 24 jam. Hanya pada kontrol saja yang densitasnya
selalu naik setiap jam. Turunnya densitas dapat terjadi akibat ketidak mampuan
sel algae melakukan fotosintesis akibat mengalami klorolisis, terhambatnya
kerja enzim dan penghambatan transpor nutrien. Dengan hal tersebut algae
mengalami kesulitan untuk perkembang sehingga mengalami kematian.
Pada
grafik gambar 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan Cd di 96 jam dengan
konsentrasi 6 dan 9 ppm hampir sama posisi turunnya. Padahal seharusnya posisi
konsentrasi 6 ppm memiliki densitas yang lebih tinggi dari 9 ppm. Hal ini dapat
disebabkan pada mulanya (jam ke-0) densitas pada 6 dan 9 ppm lebih banyak 9 ppm
sehingga pada akhir pengamatan jumlahnya hampir sama yang seharusnya pada 9 ppm
densitasnya paling rendah.
Penggunaan
organisme Chlorella
zofingiensis dalam penelitian ini dikarenakan
fitoplankton ini memiliki fungsi yang sangat penting di perairan. Organisme ini
merupakan produsen di perairan yang akan menentukan kualitas organisme pada
tingkat trofik diatasnya. Dengan adanya kadmium pada Chlorella zofingiensis, organisme karnivornya berupa zooplankton
akan mengalami akumulasi kadmium serta mengalami kerusakkan organ apabila telah
melebihi batas toleransinya. Selain hal tersebut Chlorella zofingiensis dapat
mengakumulasi senyawa toksis sehingga berpotensi sebagai bioakumulator.
Melalui
penelitian ini nilai IC50 terdapat pada konsentrasi 3,1-3,2 ppm pada hasil
interpolasi. Pada IC50 sudah terlihat banyak algae yang merespon adanya toxican
sehingga densitas Chlorella
sp.
berkurang. Pada IC melebihi 50% masih terdapat individu Chlorella sp. yang masih bertahan. Indivu-individu tersebut
merupakan bagian dari populasi yang lebih toleran terhadap logam kadmium.
Sedangkan menurut Dobbins et al. 2010
IC50 Chlorella sp. Berupa 140
mikrogram perliter
Berkurangnya
densitas Chlorella dapat dikarenakan terganggunya reaksi redoks
di sel. Dengan demikian radikal bebas pada sel ROS tak tereduksi dan berakibat
ion logam Cd2+ terikat pada enzim antioksidan. Logam Cd dengan
muatan positif berikatan dengan protein atau enzim yang bermuatan negatif,
contohnya terjadi ketika oleh tergantinya asam amino cysteine gugus sulfuhidril
dengan ion logam Cd2+ pada suatu enzim. dan akibatnya enzim tersebut
tak berfungsi baik akibat kehilangan aktivitasnya.
Ketika logam Cd berada di dalam sel
secara berlebihan, Chlorella menggunakan
antioksidan, enzimatik dan non-enzimatik untuk mengontrol konsentrasi radikal
bebas. Cystein akan mendonorkan dan berperan sebgai aseptor elektron untuk
mengikat radikal bebas dan ion logam Cd2+ bersama-sama sehingga
terjadi gangguan homeostatis. Selanjuntnya sel mengalami lisis dan warnanya
pudar akibat hilangnya klorofil.
Selain hal-hal seperti di atas,
kadmium akan menghambat proses PS II. Hal seperti ini terjadi akibat membran
tilakoid rusak sehingga tak berfunsi sebagaimana mestinya. Dengan terhambatnya
proses PS II pembentukan energi terhambat dan sehingga Chlorella sp. tidak mendapatkan energi untuk melakukan metabolisme
dan selanjutnya mengalami kematian.
Dalam penelitian ini, hipotesis yang
dikemukan sesuai dengan hasil penelitian. Semakin bertambah konsentrasi logam
berat yang ada di berikan semakin berkurang densitas Chlorella zofingiensis. Dan semakin lama densitasnya akan menurun
seiiring dengan lamanya perlakuan pemberian logam berat.
Kesimpulan
Dari
hasil didapat kesimpulan bahwa pada pemaparan kadmium akan mengakibatkan
densitas Chlorella berkurang. Semakin bertambahnya konsentrasi
logam kadmium semakin turun juga densitas Chlorella
serta semakin lama terpapar semakin berturun juga densitasnya. IC50 Chlorella sp. pada pemaparan kadmium
dengan konsentrasi antara 3,1-3,2.
Daftar Pustaka
Afkar, E., H. Ababna and A. A. Fathi. 2010. Toxicological Response of the Green Alga Chlorella vulgaris, to
Some Heavy Metals. American Journal
of Environmental Sciences. 6 (3):
230-237.
Anonim.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN
KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA http://baristandsamarinda.kemenperin.go.id/download/PP82%282001%29-Pengelolaan_Kualitas_Air&Pengendalian_Pencemaran_Air.pdf. Diakses pada
22 Mei 2015 pukul 07.00
Carfagna, S., N.
Lanza, G. Salbitani, A. Basile, S. Sorbo, and V. Vona. 2013. Physiological and
morphological responses of Lead or Cadmium exposed Chlorella sorokiniana 211-8K
(Chlorophyceae). SpringerPlus. 2(1):
147.
Laura Dobbins,
L., M. Lewis, S. Sankula, and G. Thursby. 2010. Exploration of Methods for
Characterizing Effects of Chemical Stressors to Aquatic Plants. http://water.epa.gov/scitech/swguidance/standards/criteria/aqlife/upload/whitepaper_plant.pdf. Diakses pada
22 Mei 2015 pukul 8. 13
Duffus, J. H.
and H. G. J. Worth. 2006. Fundamental Toxicology. The Royal Society of
Chemistry. Cambridge. p. 408
Kusuma, R. W. A.
dan E. Zulaika. 2014. Potensi Chlorella
sp. sebagai Bioakumulator Logam Berat Kadmium. J. Sains dan Seni Pomits. 3(2): 71-74.
Ouyang, H L, K.
XiangZhen, H. Wei, Q. Ning, H. QiShuang, W. Yan, W. Rong and X. FuLiu. 2012.
Effects of five heavy metals at sub-lethal concentrations on the growth and
photosynthesis of Chlorella vulgaris.
Chin Sci Bull. 57(25): 3363-3370.
Qian, H., J. Li,
L. Sun, W. Chen, G. D. Sheng, W. Liu, and Z. Fu. 2009. Combined effect of
copper and cadmium on Chlorella vulgaris growth and
photosynthesis-related gene transcription. Aquatic Toxicology. 94: 56-61
Lampiran
Tabel 1. Densitas mikroalgae Chlorella sp. pada berbagai konsentrasi
dan berbagai jam
konsentrasi
|
0 jam
|
24 jam
|
48 jam
|
72 jam
|
96 jam
|
kontrol
|
3390
|
3690
|
3953
|
4268
|
4873
|
1 ppm
|
655
|
550
|
485
|
395
|
345
|
3ppm
|
990
|
875
|
570
|
440
|
280
|
6ppm
|
545
|
480
|
330
|
225
|
130
|
9ppm
|
710
|
620
|
465
|
315
|
145
|
Tabel 2. Persen inhibisi dengan berbagai konsentrasi
konsentrasi
(x)
|
densitas
awal
|
densitas
akhir
|
% inhibisi
|
kontrol
|
3390
|
4873
|
0,000
|
1 ppm
|
655
|
345
|
47,328
|
3ppm
|
990
|
280
|
71,717
|
6ppm
|
545
|
130
|
76,147
|
9ppm
|
710
|
145
|
79,577
|
Tabel 3. Tabel analisis regresi
no
|
ppm (x)
|
% inhibisi
|
XY
|
X2
|
Y2
|
0
|
0,000
|
0
|
0
|
0
|
|
1
|
1
|
47,328
|
47,328
|
1,000
|
2239,963
|
2
|
3
|
71,717
|
215,152
|
9,000
|
5143,353
|
3
|
6
|
76,147
|
456,881
|
36,000
|
5798,333
|
4
|
9
|
79,577
|
716,197
|
81,000
|
6332,573
|
jumlah
|
19
|
274,770
|
1435,558
|
127,000
|
75498,371
|
rerata
|
4,75
|
68,692
|
358,889
|
31,750
|
4718,648
|
b = 0,008537809
= 68,651
No comments:
Post a Comment