Sunday, June 28, 2015

Semua ada sebabnya

Semua ada sebabnya
          Mendekati ujian akhir semester serta menjelang datangnya maba,terdapat oprec panitia untuk ppsmb semacam ospek. Kuberanikan diriku yang cukup pemalu dengan kegiatan yang masing menjadi sesuatu yang bukan rutinitasku. Aku mendaftarkan diri menjadi panitia di fakultas karena yang pertama oprec adalah di sana. Kupilih pemandu dan penegak kedisiplinan. Wawancara dilakukan oleh 5 orang. Secara normal wawancara yang pernah aku ikuti hanya terdiri dari seorang saja. Seperti biasa aku grogi tapi aku berusaha setenang mungkin tapi aku telah membuat suatu kesalahan besar. Saat simulasi maba baru,aku menyuruh mereka yang mewawancaraiku untuk push up kesalahan terfatal. Dan sehari setelah wawancara yang kuikuti,terdapat oprec bagi penegak kedisplinan. Dengan adanya wawancara dan oprec tambahan diluar jadwal,aku pun mulai pesimis lolos. Begitu tiba pengumuman oprec panitia fakultas.aku cek daftar panitia yang telah terbentuk dan ternyata aku GAGAL. Ini merupakan pukulan yang sedikit berat buatku,tahun kemarin aku mendaftar menjadi panitia fakultas dan gagal karena aku belum matang pemikiran serta kurangnya persiapan ditambah tahun kemarin aku menjadi panitia ppsmb universitas.
          Dengan kegagalan yang terjadi di fakultas untuk kedua kalinya,aku mendaftar panitia ppsmb universitas dengan berbekal pengalaman panitia ppsmb tahun sebelumnya. Sebuah kesalahan bagiku,tak mengecek jadwal wawancara sehingga wawancaraku mundur sehari. Bagiku kemunduran wawancara ini merupakan sebuah kesalahan. Aku berangkat wawancara dengan temanku. Wawancara panitia univ ini terbilang lebih lancar dari wawancara fakultas dan pewawancarapun seperti memberi tanda positif terhadap niatanku mengikuti kepanitiaan ini. Aku sangat yakin 100% ketrima dalam kepanitiaan ini. Tapi nasib berkata lain,aku tidak ketrima. Kekecewaan muncul dalam diriku,aku merenung dan menggali-gali kesalahanku dan mengulang kejadian yang telah terjadi saat wawancara itu dalam otakku. Aku pun menyadari sebuah kesalahku dalam wawancara. Dengan hati yang kecewa dan terpukul kuikhlaskan apa yang terjadi.
          Liburan semester tiba dan kuiisi dengan menonton film,membaca komik serta membaca buku. Kuhabiskan dengan kebosanan,aku tak bisa pergi kemana-mana dengan tak adanya uang akibat keuangan keluargaku yang sekarat hanya cukup untuk makan. Hingga Allah menunjukkan kenapa aku harus gagal dalam oprec kepanitiaan. Kakekku jatuh sakit dan terpaksa menginap di rumah sakit. Seluruh keluargaku bekerja dan sekolah tinggal aku yang free. Setiap pagi menjelang siang aku ke rumah sakit menungguinya hanya duduk membaca buku serta bermain game. Sejujurnya aku tak ingin menunggui beliau. Ruangan beliau berada di kelas 3 dan sungguh tak nyaman di ruangan itu akibat ada seorang kakek sakit jantung disebelah ruangan beliau yang menggerang entah saat kakek itu ingin buang air kecil atau pun sakit,pengunggu serta pengunjung yang menurutku cukup berisik di rumah sakit serta suara dengkuran kakekku sendiri saat tertidur tapi aku berusaha bersabar menghabiskan detik-detik waktu hingga tiba saatnya aku menjemput ibuku dan meninggalkan rumah sakit. Terkadang ketika menunggui kakek kesabaranku diuji dan hampir habis karena beliau meminta pulang,menyuruhku bertanya kepada perawat kapan boleh pulang atau bertanya kapan dokter datang sungguh hampir menghabiskan kesabaranku. Bagaimana mungkin kita bertanya kapan kakek kita boleh pulangkepada perawat dan mengharapkannya mengizinkan hal tersebut? Sebuah hal yang sia-sia bagiku,perawat bagiku tak punya hak mengizinkan pasien pulang dokterlah yang lebih berhak. Tapi tetap saja kuiikuti perintah beliau,sambil bersabar.
          Hari ketiga kakekku di rumah sakit,ayahku pulang setelah 2 hari menginap di hotel karena diklat. Kepulangan beliau disebabkan sakit dan beliau mendiagnosa terkena demam berdarah akibat wabah yang menjangkiti di dekat rumah sakit kakekku menginap. Atas saran pakheku,ayahku pun diperiksa di rumah sakit yang sama dengan kakekku. Pikiranku pun memikirkan hal terburuk,ayahku menginap di rumah sakit dan kakekku keluar di saat yang sama. Aku dan ibuku bergantian mengurus kepulangan kakek serta pemeriksaan ayahku dibantu dengan budhe dan pakdhe. Aku bersyukur memiliki pakdhe dan budhe yang selalu membantu disaat-saat kakekku sakit entah itu sakit yang sepele atau perlu tindakan serius. Walaupu kakekku bukan merupakan ayah bagi pakheku,pakdhe dan budhe memerlakukan kakekku seperti orang tuanya. Sungguh bantuan yang tak ternilai hanya Allahlah yang tahu balasan setimpal yang patut diberikan pada mereka. Hasil lab menunjukkan kadar trombosit serta darah lainnya normal sehingga dugaan demam berdarah terpatahkan sudah,Alhamdulillah ya Allah atas bantuanmu.

          Ayah serta kakekku dapat pulang pada hari yang sama sungguh suatu berkah. Setelah makan malam kuantarkan ayahku kembali ke hotel untuk menyelesaikan diklat beliau. Ditengah perjalanan aku dibisikkan oleh diriku sendiri,coba kalau ketrima jadi panitia ppsmb siapa yang mengurusi kakekmu? Dan akupun bersyukur sungguh-sungguh bersyukur aku tak menjadi panitia. Hari dimana kakekku masuk rumah sakit pada hari kedua dan ketiga merupakan hari ppsmb fakultas dan universitas. Aku dapat mengurusi kakekku ketika orang tuaku membanting tulang untuk membiayaiku serta biaya pengobatan beliau. Aku diingatkan oleh Allah dengan pelajaran yang telah kupetik beberapa bulan lalu,”ketika kita gagal akan suatu hal kesuksesan itu ada dibaliknya serta amanah yang lebih mulia menunggu kita di depan mata hanya saja belum terlihat karena belum waktunya dan aku tak perlu mengasihi dan menatap kegagalanku”

No comments:

Post a Comment