Semua ada sebabnya
Mendekati ujian akhir semester serta
menjelang datangnya maba,terdapat oprec panitia untuk ppsmb semacam ospek.
Kuberanikan diriku yang cukup pemalu dengan kegiatan yang masing menjadi
sesuatu yang bukan rutinitasku. Aku mendaftarkan diri menjadi panitia di
fakultas karena yang pertama oprec adalah di sana. Kupilih pemandu dan penegak
kedisiplinan. Wawancara dilakukan oleh 5 orang. Secara normal wawancara yang
pernah aku ikuti hanya terdiri dari seorang saja. Seperti biasa aku grogi tapi
aku berusaha setenang mungkin tapi aku telah membuat suatu kesalahan besar.
Saat simulasi maba baru,aku menyuruh mereka yang mewawancaraiku untuk push up
kesalahan terfatal. Dan sehari setelah wawancara yang kuikuti,terdapat oprec
bagi penegak kedisplinan. Dengan adanya wawancara dan oprec tambahan diluar
jadwal,aku pun mulai pesimis lolos. Begitu tiba pengumuman oprec panitia
fakultas.aku cek daftar panitia yang telah terbentuk dan ternyata aku GAGAL.
Ini merupakan pukulan yang sedikit berat buatku,tahun kemarin aku mendaftar
menjadi panitia fakultas dan gagal karena aku belum matang pemikiran serta
kurangnya persiapan ditambah tahun kemarin aku menjadi panitia ppsmb
universitas.
Dengan kegagalan yang terjadi di
fakultas untuk kedua kalinya,aku mendaftar panitia ppsmb universitas dengan
berbekal pengalaman panitia ppsmb tahun sebelumnya. Sebuah kesalahan bagiku,tak
mengecek jadwal wawancara sehingga wawancaraku mundur sehari. Bagiku kemunduran
wawancara ini merupakan sebuah kesalahan. Aku berangkat wawancara dengan
temanku. Wawancara panitia univ ini terbilang lebih lancar dari wawancara
fakultas dan pewawancarapun seperti memberi tanda positif terhadap niatanku
mengikuti kepanitiaan ini. Aku sangat yakin 100% ketrima dalam kepanitiaan ini.
Tapi nasib berkata lain,aku tidak ketrima. Kekecewaan muncul dalam diriku,aku
merenung dan menggali-gali kesalahanku dan mengulang kejadian yang telah
terjadi saat wawancara itu dalam otakku. Aku pun menyadari sebuah kesalahku
dalam wawancara. Dengan hati yang kecewa dan terpukul kuikhlaskan apa yang
terjadi.
Liburan semester tiba dan kuiisi
dengan menonton film,membaca komik serta membaca buku. Kuhabiskan dengan
kebosanan,aku tak bisa pergi kemana-mana dengan tak adanya uang akibat keuangan
keluargaku yang sekarat hanya cukup untuk makan. Hingga Allah menunjukkan
kenapa aku harus gagal dalam oprec kepanitiaan. Kakekku jatuh sakit dan
terpaksa menginap di rumah sakit. Seluruh keluargaku bekerja dan sekolah
tinggal aku yang free. Setiap pagi menjelang siang aku ke rumah sakit
menungguinya hanya duduk membaca buku serta bermain game. Sejujurnya aku tak
ingin menunggui beliau. Ruangan beliau berada di kelas 3 dan sungguh tak nyaman
di ruangan itu akibat ada seorang kakek sakit jantung disebelah ruangan beliau
yang menggerang entah saat kakek itu ingin buang air kecil atau pun
sakit,pengunggu serta pengunjung yang menurutku cukup berisik di rumah sakit
serta suara dengkuran kakekku sendiri saat tertidur tapi aku berusaha bersabar
menghabiskan detik-detik waktu hingga tiba saatnya aku menjemput ibuku dan
meninggalkan rumah sakit. Terkadang ketika menunggui kakek kesabaranku diuji
dan hampir habis karena beliau meminta pulang,menyuruhku bertanya kepada
perawat kapan boleh pulang atau bertanya kapan dokter datang sungguh hampir menghabiskan
kesabaranku. Bagaimana mungkin kita bertanya kapan kakek kita boleh
pulangkepada perawat dan mengharapkannya mengizinkan hal tersebut? Sebuah hal
yang sia-sia bagiku,perawat bagiku tak punya hak mengizinkan pasien pulang
dokterlah yang lebih berhak. Tapi tetap saja kuiikuti perintah beliau,sambil
bersabar.
Hari ketiga kakekku di rumah
sakit,ayahku pulang setelah 2 hari menginap di hotel karena diklat. Kepulangan
beliau disebabkan sakit dan beliau mendiagnosa terkena demam berdarah akibat
wabah yang menjangkiti di dekat rumah sakit kakekku menginap. Atas saran
pakheku,ayahku pun diperiksa di rumah sakit yang sama dengan kakekku. Pikiranku
pun memikirkan hal terburuk,ayahku menginap di rumah sakit dan kakekku keluar
di saat yang sama. Aku dan ibuku bergantian mengurus kepulangan kakek serta
pemeriksaan ayahku dibantu dengan budhe dan pakdhe. Aku bersyukur memiliki
pakdhe dan budhe yang selalu membantu disaat-saat kakekku sakit entah itu sakit
yang sepele atau perlu tindakan serius. Walaupu kakekku bukan merupakan ayah
bagi pakheku,pakdhe dan budhe memerlakukan kakekku seperti orang tuanya.
Sungguh bantuan yang tak ternilai hanya Allahlah yang tahu balasan setimpal
yang patut diberikan pada mereka. Hasil lab menunjukkan kadar trombosit serta
darah lainnya normal sehingga dugaan demam berdarah terpatahkan
sudah,Alhamdulillah ya Allah atas bantuanmu.
Ayah serta kakekku dapat pulang pada
hari yang sama sungguh suatu berkah. Setelah makan malam kuantarkan ayahku
kembali ke hotel untuk menyelesaikan diklat beliau. Ditengah perjalanan aku
dibisikkan oleh diriku sendiri,coba kalau ketrima jadi panitia ppsmb siapa yang
mengurusi kakekmu? Dan akupun bersyukur sungguh-sungguh bersyukur aku tak
menjadi panitia. Hari dimana kakekku masuk rumah sakit pada hari kedua dan
ketiga merupakan hari ppsmb fakultas dan universitas. Aku dapat mengurusi
kakekku ketika orang tuaku membanting tulang untuk membiayaiku serta biaya
pengobatan beliau. Aku diingatkan oleh Allah dengan pelajaran yang telah
kupetik beberapa bulan lalu,”ketika kita gagal akan suatu hal kesuksesan itu
ada dibaliknya serta amanah yang lebih mulia menunggu kita di depan mata hanya
saja belum terlihat karena belum waktunya dan aku tak perlu mengasihi dan
menatap kegagalanku”
No comments:
Post a Comment