Kinetin
Kinetin
merupakan contoh hormon tumbuhan sitokinin yang diproduksi secara sintetis (Postlethwait
and Hopson,2006). Kinetin terbentuk ketika DNA dipanaskan (Mohr and Schoptfer,
1995). Kinetin merupakan komponen yang diidentifikasi sebagai 6-(2-furfuryl)-aminopurine
(Mohr and Schoptfer,
1995). Sitokinin disintesis pada akar dan ditransport oleh xilem sap (Hopkins
and Huner, 2009).
Dalam konsentrasi yang sedikit kinetin memberikan efek positif, tapi
dalam konsentrasi yang tinggi akan berefek toksik (Pazurkiewicz-Kocot et al., 2011).
Sitokinin meningkatkan pembelahan
sel, meningkatkan pertumbuhan lateral bud pada dikotil, menunda sebescene pada daun dan meningkatkan
perbesaran kotiledon (Postlethwait and Hopson,2006; Rand, 2001 ). Hormon ini
akan menghambat pemecahan protein, merangsang sintesis RNA dan protein juga
memobilisasi nutrien dari jaringan sehingga
penuaan organ terhambat (Campbell et all. 2010).
Sitokinin
akan ditransport melalui xylem dan bekerja ketika ada auksin untuk meningkatkan
pembelahan sel (Rand, 2001). Sitokinin
berperan dalam perusakan dormansi biji pada biji cahaya sensitif, menghambat
fomasi xilem dan pertumbuhan akar serta meningkatkan pembentukkan kloroplas (Pallardy,2008).
Konsentrasi sitokinin pada daun dikontrol oleh pembelahan
xilem sitokinin untuk jaringan reproduktif dan menjauh dari daun; metabolisme
daun dan perubahan jumlah sitokinin pada xilem sap (Pallardy,2008).
Perbedaan
konsentrasi sitokinin dengan auksin akan membentuk organogenesis yang berbeda (Rand,
2001). Ketika kinetin tinggi dan auksin rendah terbentuk batang, bila
sebaliknya yang terbentuk berupa akar (Rand, 2001). Kinetin yang ada di
tumbuhan dapat menghambat hormon IAA pada germinasi (Hadley and Harvais, 1968).
Kinetin sendiri menstimulasi stout protocorms
yang mengandung amilum dan mengembangkan beberapa rambut epidermal
(Hadley and Harvais, 1968). Kinetin bersama giberelin yang dikombinasikan akan
mereduksi survival protocorms (Hadley and Harvais, 1968).
Aktifitas sitokinin tereduksi di akar karena banjir, pH
rendah, temperatur tinggi, dan kekeringan (Pallardy,2008).
Sitokinin
efektif dalam pembentukan nodule saat organisasi simbiosis N2 fixing dan interaksi antara mikrobia dengan tumbuhan (Miransari
and Smith, 2014).
Sumber:
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L., Cain,
S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, & R. B. Jackson. 2010. Biologi. Erlangga. Jakarta. Hal. 418,419
Hadley,
G. And G. Harvais. 1968. The Effect of Certain Growth Substance on Asymbiotic
Germination and Development of Orchis
purpurella. New Phytyol. 67:
441-445.
Hopkins,
W. G. And N. P. A. Huner. 2009.
Introduction to Plant Physiology. 4th Ed. John Wiley and Sons. Hoboken. P. 353
Miransari, M.
And D. L. Smith. 2014. Plant Hormones and Seed Germination. Environmental and Experimental Botany.
99 (2014): 110-121.
Mohr, H. And P.
Schoptfer. 1995. Plant Physiology.
Springer. New York. p. 393, 394
Pallardy, S. G.
2008. Physiology of Woody Plants. 3th
ed. Academic Press. Amsterdam. p. 370,
Pazurkiewicz-Kocot,
K., A. Kita, and A. Haduch. 2011. The effect of kinetin on the chlorophyll
pigments content in leaves of Zea mays L.
Seedlings and accumulation of some metal ions. https://is.pcz.pl/static/pdf/2011/zeszyt4/2011_4_09-Pazurkiewicz-KocotKita.pdf. Akses 30 Mei 2015
pukul 22.06
Postlethwait,
J. H. & J. L. Hopson. 2006. Modern
biology. Holt, Rinehart and Winston. New York. p. 632
Rand,
J. P. 2001. Plant Biology. IDG Books Worldwide. New York. P.
115
No comments:
Post a Comment