LAPORAN
PRAKTIKUM
KADAR
OKSIGEN TERLARUT SECARA VERTIKAL YANG DIPENGARUHI OLEH FOTOSINTESIS
FITOPLANKTON
NAMA : CANDRA PUSPITA R.
NIM : 12/339127/BI/8994
ASISTEN : ARMEINA NUR RACHMAWATI
LABORATORIUM
EKOLOGI DAN KONSERVASI
FAKULTAS
BIOLOGI
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
2014
KADAR
OKSIGEN TERLARUT SECARA VERTIKAL YANG DIPENGARUHI OLEH FOTOSINTESIS
FITOPLANKTON
Pendahuluan
Latar
Belakang Ilmiah
Pembuatan Waduk Gajah Mungkur memiliki
tujuan untuk menyediakan air, mengkontrol banjir, memproduksi
listrik, irigasi, navigasi, berternak hewan aquatik dan rekreasi. Anthropogenik
pada waduk menyebabkan proses eutrofikasi dan menyebabkan berubahnya struktur dan dinamika komunitas
fitoplankton. Waduk Gajah Mungkur merupakan waduk eutropik karena mendapat
materi organik dan limbah agricultural di sekitar waduk (Lira et. al. 2011).
Dissolved Oxygen(DO) merupakan oksigen yang terlarut dalam air (Dodds,
2002). Bila oksigen terlalu jenuh,maka oksigen akan berubah menjadi buih dan
keluar dari larutan. Konsentrasi oksigen bervariasi pada tempat dan waktu.
Oksigen yang dihasilkan oleh fitoplankton akan digunakan untuk respirasi. Kadar
DO dipengaruhi oleh laju fotosintesis dari fitoplankton. Sedangkan laju
fotosintesis perairan dipengaruhi oleh cahaya, suhu dan ketersediaan nutrien.
Fitoplankton merupakan komunitas
yang menghasilkan produksi primer dan cepat merespon perubahan nutrien di
ekosistem air waduk (Lira et. al. 2011). Fitoplankton tak hanya memproduksi
oksigen tetapi juga menggunakannya (O’sullivan and Reynolds, 2004). Pertumbuhan
fitoplankton pada daerah tropik akan berlanjut bergantung pada ketersedian
nutrien (Goldman and Horne, 1983). Komunitas fitoplankton memperlihatkan
beberapa variasi dalam komposisi dan richness antara musim kering dan basah. Distribusi
vertikal komunitas spesies fitoplankton bergantung pada faktor yang melibatkan
morfologi dan fisiologi taksa,seperti interaksi antara pencampuran air dan
ketersediaan cahaya dan nutrien.
Fitoplankton dengan kemampuan untuk
menyesuaikanposisi vertikal pada kolom air dapat memilih tempat yang optimal
untuk fotosintesis. Fitoplankton beradaptasi untuk menggunakan intensitas
cahaya yang rendah dan toleransi pada intensitas tinggi (O’sullivan and
Reynolds, 2004).
Setiap panjang gelombang penetrasi
melewati air mengalami penurunan koefisien sehingga mengakibatkan perbedaan
perubahan warna tiap kedalaman. Absorbsi shift
algae maksimal saat panjang gelombang cahaya hijau dan fotosintesis terjadi
pada panjang gelombang 400-700nm (Lampert and Sommer, 2007). Gelombang cahaya
400-700 nm merupakan cahaya yang dapat dilihat (O’sullivan and Reynolds, 2004).
Permasalahan
dan Pertanyaan Penelitian
Waduk Gajah Mungkur merupakan waduk
dangkal dan luas. Waduk ini terletak di perbukitan karst sehingga memiliki prositas
dan alkalinitas tinggi. Waduk Gajah Mungkur mengalami mixing harian sehingga
input nutrien tinggi dari pakan ikan dan ekskresinya. Bagaimanakan kadar DO
harian pada waduk Gajah Mungkur dengan kondisi seperti yang telah diuraikan ?
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kadar DO selama hampir 24 jam yang berhubungan dengan fotosintesis vertikal
fitoplankton.
Hipotesis
Kadar DO paling tinggi pada
kedalaman 1 meter dikarenakan pada kedalaman ini cahaya yang masuk cukup tinggi
dan tak terlalu kuat sehingga fitoplankton tak mati.
Metode
Deskripsi
Lokasi
Lokasi terletak di daerah kecamatan
Wonogiri. Waduk Gajah Mungkur merupakan waduk yang luas dan dangkal yang berada
di perbukitan karst. Waduk ini dimanfaatkan sebagai ekowisata. aktifitas
masyarakat di waduk berupa memancing. Masyarakat melakukan aktifitas berupa
memancing, berkebun, berwisata dan aktifitas lainnya. Di dekat lokasi sampling
terdapat keramba ikan serta dikelilingi oleh ladang. Vegetasi yang ada di dekat
waduk berupa tumbuhan kacang,akasia,pohon pisang,rumput dan jagung. Ikan yang
berada di waduk adalah ikan sepat,nila dan patin. Saat pengambilan sampel cuaca
panas dan malam hari terjadi hujan. Air waduk berwarna hijau yang menandakan
terjadinya bloom agla. Jeluk secchi 0,475 m dan termasuk waduk dangkal.
Desan sampling pada penelitian kali
ini menggunakan 3 jeluk berupa 0,1 dan 5 meter. Sampel diambil dengan 2 ulangan
dengan jeluk berkedalaman sama dan lokasi berbeda. Penelitian dilaksanakan pada
pukul 12.50 dan 18.00 22 November 2014 sedangkan tanggal 23 November 2014 pada
pukul 00.00 dan 04.00.
(A) (B)
Gambar 1. (A)Kondisi waduk Gajah
Mungkur pada tanggal 22-23 November 2014 dan (B) desain sampling pada
penelitian
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini berupa clipboard untuk alas menulis, mika untuk melindungi lembar
data, senter sebagai penerang, pensil untuk menulis, medline untuk mengukur,
sarung tangan, gloves untuk melindungi tangan dari larutan kimia, ponco gelap
untuk melindungi alat dan bahan praktikum, spidol untuk menulis, kertas label
untuk melabeli, tisu gulung untuk membersihkan alat, buku strimin untuk menulis
data, plastik 0,5 ons untuk membungkus,ziplock 1kg untuk membungkus, selotip
untuk merekatkan, karet gelang untuk mengikat, hvs untuk memprint data, serbet
kain untuk membersihkan alat, gunting untuk memotong, ember sebagai wadah air,
kamera untuk mengambil gambar, vandorn 5liter untuk mengambil air sampel,
plankton net untuk menyaring plankton, botol flakon untuk menaruh plankton,
secchi disk untuk mengukur transparansi, roll meter untuk mengukur, tali rafia
untuk menandai tiap 1 meter dan mengikat, gayung untuk menaruh air, kerekan
untuk menarik tali, binocular untuk mengamati plankton, do kit untuk mengukur
DO, alkalinity kit untuk mengukur alkali, termometer untuk mengukur suhu, gps
untuk menandai lokasi sampling, ph meter untuk mengukur ph, gelas bekker untuk mengukur
larutan dan botol gelap untuk menampung air yang diuji.
Bahan yang digunakan berupa formalin
untuk mengawetkan plankton dan aquades untuk mencuci.
Cara
Kerja
Suhu air diukur dengan air yang
telah diambil dengan vandorn dengan kedalaman tertentu dimasukkan termometer
dan dilihat angka yang tertera. Suhu udara diukur dengan melihat angka yang
tertera pada termometer.
Kadar DO pada kedalaman 0,1 dan 5
meter diukur dengan air yang diambil dengan vandron dititrasi. Air 40 cc
ditambahkan 8 tetes MnSO4 dan KOH-KI digoyang hati-hati agar tak ada
gelembung. Selanjutnya ditambahkan 8 tetes H2SO4 lewat
dinding dan endapan coklat yang terbentuk hilang dan berwarna kuning. Kemudian
ditambahkan air menjadi 50 cc dan diamkan selama 15 menit. Tahap selanjutnya dititrasi
dengan Na2S2O3 sehingga berwarna kunig pucat
dan ditambahkan 8 tetes amilum. Tahap terakhir dititrasi dengan Na2S2O3
sampai warna tepat hilang. Kadar DO diukur pada pukul 12.50 dan 18.00 22
November 2014 sedangkan tanggal 23 November 2014 pada pukul 00.00 dan 04.00.
Alkalinitas diuji dengan air 10 ppm
ditambahkan 3 tetes pp,bila air berwarna merah maka langsung dititrasi dengan
HCl sampai warna tepat hilang sedangkan bila air tak berwarna ditambahkan 2
tetes BCG-MR. Penambahan BCG-MR akan membuat larutan berwarna biru dan
selanjutnya dititrasi dengan HCl sampai warna berubah.
PH air diuji dengan pH meter yang
telah dikalibrasi dimasukkan ke air sampel dan dilihat angka yang tertera dan
dicatat.
Pengambilan sampel plankton
dilakukan dengan menenggelamkan vandorn pada kedalaman 0,1, dan 5 m.
Selanjutnya air yang ada dalam vandorn disaring dengan plankton net. Hasil
saringan plankton net ini dimasukkan dalam flakon dan ditambahkan formalin 2
tetes.
Plankton diidentifikasi dan dihitung
kemelimpahannya dengan 1 ml air dimasukkan ke dalam Sedgwick Rafter Counting
Cell (SRCC) dengan bantuan mikroskop.
Perhitungan
Data
Kadar alkali dihitung dengan rumus:
Untuk
skala 100: jumlah titrasi x 2 ppm
Untuk
skala 80 : jumlah titrasi x 2,5 ppm
Kadar DO selanjutnya dihitung dengan
rumus:
Untuk
skala 100: jumlah titrasi x 0,04 ppm
Untuk
skala 80 : jumlah titrasi x 0,05 ppm
Analisis
Data
Seluruh data yang didapat ditabulasi
dan dianalisis.
Hasil
dan Pembahasan
Hasil
Hail kadar DO pada penelitian ini
tersaji dalam grafik di bawah ini:
Gambar 2. Kadar DO pada pukul 12.50 dan 18.00 tanggal 22-11-14; pukul
00.00 dan 04.00 tanggal 23-11-14
Paramter fisiko-kimia yang terukur
pada penelitian kali ini terdapat dibawah ini:
Gambar 3. Suhu air (pukul 12.50 dan 18.00 pada tanggal 22-11-14,suhu air pukul 00.00, 04.00, 07.00, 10.00 dan 12.00 pada
tanggal 23-11-14
Gambar 4. pH air (pukul 12.50 dan
18.00 pada tanggal 22-11-14,pH air pukul 00.00, 04.00, 07.00, 10.00 dan 12.00
pada tanggal 23-11-14
Gambar 5. Alkali air pukul 12.50;
pukul 18.00 tanggal 22-11-14; pukul 00.00; pukul 04.00; pukul 07.00; pukul
10.00 dan pukul 12.00 tanggal 23-11-14
Gambar 6. Suhu udara pukul 12.50; pukul 18.00 tanggal 22-11-14; pukul
00.00; pukul 04.00; pukul 07.00; pukul 10.00 dan pukul 12.00 tanggal 23-11-14
Gambar 7. Densitas total fitoplankton pada jeluk 0,1 dan 5 meter
pukul 12.00 tanggal 22-11-14 dan pukul 00.00 tanggal 23-11-14
Gambar 8. Densitas total zooplankton pada jeluk 0,1 dan 5 meter
pukul 12.00 tanggal 22-11-14 dan pukul 00.00 tanggal 23-11-14
Pembahasan
Kadar DO paling tinggi
berada pada pukul 12.50 dan 04.00. Kadar DO paling tinggi pada pukul 12.50.
pada jam tersebut fitoplankton memanfaatkan intensitas cahaya paling baik
karena sinar matahari mencapai puncak penyinaran. Saat pukul tersebut sudut
datangnya sinar paling tinggi dari pukul yang lain sehingga sinar yang masuk
kuat dan banyak yang masuk ke perairan. Pada pukul 04.00 tentu tak terdapat
cahaya matahari yang ada tetapi kadar DO tinggi. Hal ini terjadi karena pada
saat malam hari kincir air dinyalakan untuk menambah DO dalam keramba ikan agar
ikan bertahan hidup serta malam sebelumnya terdapat hujan sehingga terjadi
difusi oksigen dari udara. Sedangkan kadar DO paling rendah pada pukul 18.00
hal ini dapat disebabkan karena pada jam tersebut cahaya matahari tak ada yang
masuk sehingga fitoplankton tak dapat berfotosintesis. Akan tetapi selanjutnya
mengalami kenaikkan pada pukul 00.00 yang disebabkan adanya kincir air.
Waduk Gajah Mungkur
termasuk perairan yang lebih eutropik. Dengan karakter yang lebih eutropik
sinar hijau yang masuk ke perairan lebih banyak direleksikan dan
ditransimisikan. Sinar biru yang datang ke perairan waduk ini akan lebih di
absorsi. Sinar biru ini termasuk sinar
dengan panjang gelombang pendek yang dapat masuk ke kedalaman yang lebih dalam
dari panjang gelombang sinar
merah-orange dan hijau. Dengan demikian pada kedalaman 5 meter absorbsi cahaya
yang masuk lebih banyak dari kedalaman yang lain yang dipengaruhi faktor
seperti partikel yang tersubpensi dan komponen organik terlarut lebih banyak.
Hal lain yang mengakibatkan banyaknya kandungan oksigen terlarut pada jeluk 5
berupa organisme yang melakukan respirasi lebih sedikit dari jeluk yang lain. Nitzschia acicularis merupakan
fitoplankton yang melimpah pada kedalaman 5 m. Spesies ini termasuk
fitoplankton yang memiliki toleransi cahaya yang sedikit dan dapat hidup pada
perairan keruh. Hasil oksigen yang dihasilkan lebih banyak dari Pediastrum simplex yang sensitif
terhadap cahaya rendah.
Spektrum warna cahaya
dengan panjang gelombang pendek dapat tembus ke kedalaman yang lebih dalam dari
gelombang panjang. Panjang gelombang 400-720 nm yang diabsorpsi akan digunakan
untuk fotosintesis,tetapi fitoplankton melakukan proses tersebut dengan panjang
gelombang 300-720 nm. Fitoplankton memiliki pigmen chl yang mengabsorpsi cahaya
biru dan merah. Cahaya biru memiliki panjang gelombang yang pendek yang dapat
tembus sampai kekedalaman lebih dalam dari cahaya merah sehingga fotosintesis
dapat dilakukan pada kedalaman yang cukup dalam.
Kadar DO pada jeluk 0
memiliki kadar oksigen paling rendah. Kadar DO rendah pada jam 12.50,padahal
pada jam tersebut fitoplankton menghasilkan oksigen berbeda pada pukul 18.00;
00.00 dan 04.00 sinar matahari belum muncul sehingga fitoplankton belum
melakukan fotosintesis. Kadar DO rendah pada pukul 12.50 dapat dikarenakan pada
jeluk 0 terdapat organisme lebih banyak yang menggunakan oksigen seperti ikan
dan zooplankton. Pada jeluk 0 di pukul 12.00 kemelimpahan zooplankton paling
rendah dari jeluk yang lain. Selanjutnya
pada pukul 00.00 fitoplankton memiliki kemelimpahan yang tinggi walaupun pada
pukul 18.00; 00.00 dan 04.00 kadar DOnya
rendah; dan kemelimpahan zooplankton lebih rendah di pukul 00.00. Padahal
setelah pukul 00.00 kincir air di dalam keramba dinyalakan untuk menambah
oksigen dan kadar DO di jeluk ini malah menghasilkan kadar yang paling rendah
dari seluruh jeluk. Kerendahan tersebut selain disebabkan karena lebih
melimpahnya diversitas seperti spesies heterotof yang tak semuanya disampling pada penelitian ini serta dapat
disebabkan oksigen dari difusi udara bersama air mengalami mixing dan terbawa
ke jeluk yang lebih dalam.
Kadar DO di jeluk 5 m lebih
tinggi dari jeluk yang lain pada pukul pada pukul 18.00; 00.00 dan 04.00 . Kadar oksigen pada air tinggi dapat
dikarenakan dalam jeluk ini spesies seperti ikan jarang yang ada di jeluk ini
dan kemelimpahan spesies fitoplankton dan zooplankton tinggi dibandingkan jeluk
1. Tetapi kebutuhan oksigen fitoplankton dan zooplankton lebih sedikit dari
pada ikan. Ditambah dengan cahaya yang masuk pada kedalaman 5 m paling sedikit
sehingga predator fitoplankton susah menemukannya karena warna fitoplankton
kurang begitu terlihat. Proses respirasi di jeluk 5 dapat dikatakan lebih
rendah dari jeluk 0 dan 1. Jeluk 1 kemelimpahan fitoplankton dan zooplankton di
pukul 12.00 dan 00.00 paling tinggi serta di jeluk ini terdapat spesies ikan
sehingga proses respirasinya lebih tinggi dibandingkan dengan jeluk 5 walaupun
kemelimpahan heterotrof dan autotrof lebih sedikit dari jeluk 0. Fitoplankton
pada kedalaman 5 m menghasilkan oksigen lebih banyak dari fitoplankton di atas
jeluk 5 m dengan intensitas cahaya rendah. Selain faktor banyaknya heterotrof
dan autotrof,faktor mixingnya air waduk mempengaruhi kadar DO. Mixingnya air
waduk dapat membawa oksigen ke jeluk 5 atau jeluk yang lebih dalam dari hasil
difusi udara.
Pada jeluk 1 pukul 12.00 terdapat fitoplankton yang paling melimpah
dari jeluk lainnya. Fitoplankton yang sebelumnnya berada di lapisan atas jeluk
1 meter menenggelamkan diri menuju jeluk ini untuk menghindari cahaya matahari
yang akan menghambat pertumbuhannya dan tak efektif untuk fotosintesis. Selain
untuk lebih mengoptimalkan penyerapan sinar matahari berada di jeluk 1 meter
dimanfaatkan untuk menghindari predator. Pada jeluk 1 m cahaya yang masuk lebih
sedikit dari jeluk 0 m sehingga predator lebih susah melihat adanya
fitoplankton. Fitoplankton yang berada di bawah kedalaman 1 selanjutnya naik ke
kedalaman 1 meter untuk mengoptimalkan fotosintesis sehingga kemelimpahan
fitoplankton kedalaman 1 m naik.
Saat pukul 00.00 jeluk 5 m
memiliki kemelimpahan fitoplankton yang tinggi dari jeluk yang lain. Bahkan
kemelimpahan jeluk 1 m saat pukul 12.00 memiliki kemelimpahan yang paling
tinggi menurun menjadi paling rendah pada jam ini. Fitoplankton yang berada di
atas jeluk 5 saat pagi/siang hari menenggelamkkan diri pada malam hari untuk menghindari
predator dengan demikian pada jeluk 5 m kemelimpahan di malam hari meningkat.
Kesimpulan
Kadar DO saat siang dan
malam hari melimpah di kedalaman 5 disebabkan optimalnya fotosintesis pada
kedalaman tersebut dan sedikitnya organisme yang melakukan respirasi.
Daftar
Pustaka
Dodds,W.
K. 2002. Freshwater Ecology Concepts and
Environmental Applications. Academic Press.New York. p.213, 227.
Goldman,C.
R. And A. J. Horne. 1983. Limnology.
McGraw-Hill. New York. p.197
Lampert,W.
And U. Sommer. 2007. Limnology. 2nd
ed. Oxford university press. New York. P. 19-20
Lira,G.
A. S. T.,E. L. Araujo,M. D. C. Bittencourt-Oliveira,and A. N. Moura. 2011. Phytoplankton abundance, dominance and coexistence
in an eutrophic reservoir in the state of Pernambuco, Northeast Brazil . An Acad Bras
Cienc.83(4):1313-1326
O’sullivan,P. E. And C. S.
Reynolds,2004. The Lakes Handbook Volume
I-Limnology and Limnetic Ecology. Blackwell Science. Oxford. p.254,256
Lampiran
Tabel 1. Data
analisis PPR di Waduk Gajah Mungkur tanggal 22-23 November 2014
Tabel 2. Parameter Fisiko kimia Waduk Gajah Mungkur
22-23 November 2014
Tabel 3.
Parameter Fisiko kimia Waduk Gajah Mungkur 22-23 November 2014
No comments:
Post a Comment