Sunday, December 7, 2014

busana pernikahan jawa



 busana pernikahan jawa
Cengkorong meliputi :
-         citak pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada pangkal hidung di antara dua alis. Ada beberapa versi mengenai makna filosofinya, antara lain bahwa citak sebagai reflesi mata Dewa Syiwa yang merupakan pusat panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide. Pendapat lain mengatakan bahwa citak sebagai pemberi watak pada keseluruhan ide paes
-         panunggul, pangapit, panitis, godeg
panunggul dibuat di atas citak, ditengah-tengah dahi, berbentuk meru melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa yang manunggal). Ditengah-tengah  panunggul diisi hiasan berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor binatang yang selalu bergerak tanpa lelah dengan harapan agar pengantin selalu ulet dalam menjalani hidup.
Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka atau tertinggi, mengandung makna dan harapan agar seorang wanita ditinggikan atau dihormati
Pengapit terletak di kiri kanan panunggul berbentuk seperti meru (gunung) namun langsing
Penitis terletak di antara pengapit dan godheg
Pengapit, panitis, godheg dibuat sebagai keseimbangan wajah, maka  diletakkan simetris dengan panunggul
Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah (tanduk rusa). Rusa merupakan symbol kegesitan, dengan demikian kedua pengantin diharapkan dapat bertindak cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi persoalan rumah tangga
Daerah sekeliling mata dibiarkan tidak terjamah oleh boreh, diberi gambaran yang disebut jahitan. Untuk membentuk mata lebih tajam dan anggun sehingga orang-orang akan mengaguminya.
4.Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai pola dasar dan tampak pantas (layak), baru kemudian paes wajah diselesaikan dengan menebalkan garis-garis yang samar menjadi paesan dadi (paes jadi)
5.Dados
Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos jangkep pengantin (pengantin berdandan lengkap) yang meliputi sanggul pengantin, perhiasan pengantin, kain pengantin, baju pengantin, dan dandosan (berbusana) lain selengkapnya
a.Hiasan Sanggul.
Tata rambut pengantin dibuat seperti bokor tengkurap sehingga dinamakan  bokor mengkurep. Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut bunga melati.Perpaduan  daun pandan dan bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
Gelung bokor mengkurep disempurnakan lagi dengan jebehan, yaitu 3 bunga korsase warna merah-kuning-biru (hijau) yang dirangkai menjadi satu dan dipasang di sisi kiri - kanan gelung.Tiga warna bunga itu melambangkan Trimurti (dewa Syiwa-Brahma-Wisnu).
Ditengah sanggul dihias dengan bunga merah disebut ceplok, dan di kiri – kanan ceplok itu disematkan masing-masing satu bros emas permata
Pada bagian bawah agak ke arah kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral pula.
b.Asesori Paes Ageng
            Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama raja keputren. Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang dengan seni tinggi dan sangat halus.Set  perhiasan  ini berupa :
-   Cunduk Menthul
5 tangkai bunga dipasang di atas  sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal yang menjadi dasar kerajaan Mataram Islam ini, seperti yang tercantum dalam Kitab Suci.
-   Pethat/sisir berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari emas diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti gunun, sebagai simbol kesakralan.Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.
-   Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun)
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa tentang alam baka, alam antara, dan alam fana
-   Gelang Binggel Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang melambangkan kesetiaan tanpa batas
-   Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan)
Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya membelit.Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci yang dipercaya menyangga dunia

-   Centhung
Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga
-   Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis sejak jaman Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara (Sunan PB IX) ditulis bahwa para putrid tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah. Karena sebagai symbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan. Cincin di jari manis sebagai symbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di jari kelingking symbol untuk selalu trampil dan giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai symbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik
c.Busana
            Busana dalam Paes Ageng terdiri dari
Kain Dodot/Kampuh berukuran 4 – 5 meter dengan lebar 2-3 meter.Motif batik yang sering digunakan adalah Sido Mukti, Sido Asih, Semen Rama, Truntum. Motif -motif tersebut mempunyai makna filosofi yang sangat bagus berupa harapan akan berlangsungnya kehidupan rumah tangga yang kekal, saling berbagi dan mengisi dengan cinta kasih dan harapan akan dikaruniai hidup sejahtera
Selain kain panjang, pengantin putri memakai pakaian dalam dan selendang kecil (udet) berupa kain sutra motif cinde.Konon motif ini merupakan lambang sisik naga, yaitu symbol kekuatan.Sumber  lain mengatakan bahwa motif cinde sebagai penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran
  Demikian sedikit informasi dari
rias pengantin SEKAR griya paes yogyakarta
Rias pengantin sekar griya paes selalu sedia berbagai hal yang ada kaitan dengan pesta pengantin.baik dekorasi ,tarub ,souvenir ,foto ,video ,rias pengantin,katering ,undangan ,upacara adat  serta konsultasi calon pengantin.Jangan ragu,kontak rias pengantin SEKAR griya paes yogyakarta,walaupun diluar yogyakarta ataupun yogyakarta,rias pengantin Sekar griya paes yogyakarta akan senang sekali untuk membantu.rias pengantin SEKAR griya paes yogyakarta akan bekerja secara maksimal demi terlaksananya perayaan pengantin anda karena  rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta sadar bahwa perayaan pengantin begitu berarti dalam tahapan hidup anda .Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta divisi rias dan dekorasi pengantin selalu berkembang dengan berbagai inovasi riasan.Hal ini sesuai dengan komitmen Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta untuk menyajikan yang terbaik kepada client Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta.Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta terbuka atas ide ide kreatif riasan dari anda,ide ide kreatif riasan dari anda akan ditampung oleh Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta sebagai bahan untuk menyusun trend riasan setiap tahunnya.Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta menyusun trend riasan pada tri wulan terahir setiap akhir tahun kemudian Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta melaunching trend riasan untuk tahun berikutnya.Bulan november 2010 Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta telah melaunching trend rias pengantin 2011,maka jangan ragu untuk menghubungi Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta setiap saat.

Dalam hal blangkon, yaitu tutup kepala yang dikenakan dalam kelengkapan pakaian adat pria, perbedaan ini terlihat jelas.Oleh karena itu, kekeliruan pemakaian busananya dapat mudah diketahui. Ada juga hal lain dalam hal tampilan wiru yang ada pada jarik yang dikenakan, baik pria maupun wanita. Pada gaya Yogyakarta, wiru warna putih atau warna kuningnya ditampilkan secara jelas.

Perlengkapan busana yang dikenakan dalam adat Jawa antara lain adalah jarik, tali pengikat jarik, setagen, sabuk (kamus), beskap, keris, blangkon, dan selop. Untuk kenyamanan, biasanya urut-urutan pemakaian busana pria biasanya dilakukan dari bawah, yaitu dari pemakaian jarik.Sebagai persiapan awal, pemakai busana jarik sebaiknya mengenakan celana pendek dan jarik yang hendak digunakan terlebih dahulu harus sudah diwiru.

Jarik dililitkan di pinggang, kemudian dikencangkan dengan diikat menggunakan tali.Supaya, lilitan jarik memudahkan pemakai saat melangkah, pemakai jarik berdiri sempurna atau dengan sedikit melangkahkan kaki seperti dalam posisi istirahat di tempat.Dengan berdiri yang demikian, jarik dapat terentang selebar jangkauan langkah kaki.Jarik sebaiknya dililitkan menutupi kaki hingga pinggang menurut ukuran kenyamanan dalam melangkah.Untuk mencegah ikatan jarik terlepas, sebaiknya jarik yang sudah dililitkan ini diikat di pinggang dengan tali pengikat (tali yang digunakan bisa berupa tali rafia).

Langkah berikutnya adalah mengenakan setagen. Secara umum, corak setagen antara pemakai busana Jawa among tamu, pengantin pria, dan busana orang tua/pengapit manten dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kenampakan warnanya, yaitu setagen pendamping mempelai dan setagen lain. Setagen yang dikenakan orang tua manten disebut kain sindur.Coraknya terlihat berbeda dari setagen lainnya, sebagaimana tampak dari warnanya yang terdiri atas warna merah dan putih.

Setagen yang telah dikenakan, kemudian dikencangkan dengan peniti.Sesudah itu, sabuk atau kamus dikenakan sehingga tampak melingkari pinggang, menghias tepat di sebelah luar dan di tengah-tengah setagen.Selanjutnya, setelah jarik, setagen, dan sabuk sudah selesai dipakai, maka langkah berikutnya adalah mengenakan beskap.Beskap ini bentuknya mirip seperti baju, mungkin merupakan adaptasi jas yang dikenakan orang-orang Eropa masa lalu. Pada bagian depan beskap terdapat sejumlah benik (kancing baju) yang bisa dibuka untuk memudahkan pemakaiannya.

Beskap bagian belakang biasanya agak tampil dengan potongan melengkung.Oleh karena itu, jika kita melihat sisi belakang pemakai beskap, sabuk dan setagen yang dikenakannya dapat terlihat. Kadang-kadang jika potongannya melengkung sekali, pakaian dalam yang dipakai dapat terlihat juga lebih-lebih ketika pengguna beskap ini membungkuk ke depan. Oleh sebab itu, untuk menjaga keserasian dan serapian, pemakai baju beskap sebaiknya memakai kaos dalam atau singlet yang berwarna putih.

Sesudah keseluruhan busana Jawa ini rampung dikenakan, langkah berikutnya adalah menyisipkan keris pada pinggang belakang. Keris dengan warangkanya ditempatkan dengan cara menyusupkannya di antara setagen dan jarik. Warangka keris dimasukkan di antara kedua bagian busana itu, jadi bukan di antara sabuk dan setagen.
 Perlu diperhatikan pemilihan model keris yang akan dipakai.

No comments:

Post a Comment