busana pernikahan jawa
Cengkorong meliputi :
-
citak pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada
pangkal hidung di antara dua alis. Ada beberapa versi mengenai makna
filosofinya, antara lain bahwa citak sebagai reflesi mata Dewa Syiwa yang
merupakan pusat panca indra sehingga menjadi pusat keseluruhan ide. Pendapat
lain mengatakan bahwa citak sebagai pemberi watak pada keseluruhan ide paes
-
panunggul, pangapit, panitis, godeg
panunggul dibuat di atas citak,
ditengah-tengah dahi, berbentuk meru melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa
yang manunggal). Ditengah-tengah
panunggul diisi hiasan berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor
binatang yang selalu bergerak tanpa lelah dengan harapan agar pengantin selalu
ulet dalam menjalani hidup.
Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu
terkemuka atau tertinggi, mengandung makna dan harapan agar seorang wanita
ditinggikan atau dihormati
Pengapit terletak di kiri kanan panunggul
berbentuk seperti meru (gunung) namun langsing
Penitis terletak di antara pengapit dan
godheg
Pengapit, panitis, godheg dibuat sebagai
keseimbangan wajah, maka diletakkan
simetris dengan panunggul
Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah
(tanduk rusa). Rusa merupakan symbol kegesitan, dengan demikian kedua pengantin
diharapkan dapat bertindak cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi
persoalan rumah tangga
Daerah sekeliling mata dibiarkan tidak
terjamah oleh boreh, diberi gambaran yang disebut jahitan. Untuk membentuk mata
lebih tajam dan anggun sehingga orang-orang akan mengaguminya.
4.Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai
pola dasar dan tampak pantas (layak), baru kemudian paes wajah diselesaikan
dengan menebalkan garis-garis yang samar menjadi paesan dadi (paes jadi)
5.Dados
Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos
jangkep pengantin (pengantin berdandan lengkap) yang meliputi sanggul
pengantin, perhiasan pengantin, kain pengantin, baju pengantin, dan dandosan
(berbusana) lain selengkapnya
a.Hiasan Sanggul.
Tata rambut pengantin dibuat seperti bokor
tengkurap sehingga dinamakan bokor
mengkurep. Sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan ditutup rajut
bunga melati.Perpaduan daun pandan dan
bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin
diharapkan dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
Gelung bokor mengkurep disempurnakan lagi
dengan jebehan, yaitu 3 bunga korsase warna merah-kuning-biru (hijau) yang
dirangkai menjadi satu dan dipasang di sisi kiri - kanan gelung.Tiga warna
bunga itu melambangkan Trimurti (dewa Syiwa-Brahma-Wisnu).
Ditengah sanggul dihias dengan bunga merah
disebut ceplok, dan di kiri – kanan ceplok itu disematkan masing-masing satu
bros emas permata
Pada bagian bawah agak ke arah kanan
sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi
nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan
kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani
hidup yang sakral pula.
b.Asesori Paes Ageng
Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama
raja keputren. Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang
dengan seni tinggi dan sangat halus.Set
perhiasan ini berupa :
-
Cunduk Menthul
5 tangkai bunga dipasang di atas sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar
matahari yang berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal
yang menjadi dasar kerajaan Mataram Islam ini, seperti yang tercantum dalam
Kitab Suci.
-
Pethat/sisir berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari emas
diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti gunun, sebagai simbol
kesakralan.Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang
dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.
-
Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun)
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan manusia
dari lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi Jawa
tentang alam baka, alam antara, dan alam fana
-
Gelang Binggel Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal
yang melambangkan kesetiaan tanpa batas
-
Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan)
Berbentuk seekor naga, kepala dan ekornya
membelit.Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan kekuatan
dalam hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci yang dipercaya
menyangga dunia
-
Centhung
Perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan
berlian di letakkan diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa
pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga
-
Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis sejak
jaman Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara (Sunan PB IX)
ditulis bahwa para putrid tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah.
Karena sebagai symbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan.
Cincin di jari manis sebagai symbol untuk senantiasa bertutur kata manis.
Cincin di jari kelingking symbol untuk selalu trampil dan giat dalam
mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai symbol untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik
c.Busana
Busana dalam Paes Ageng terdiri dari
Kain Dodot/Kampuh berukuran 4 – 5 meter
dengan lebar 2-3 meter.Motif batik yang sering digunakan adalah Sido Mukti,
Sido Asih, Semen Rama, Truntum. Motif -motif tersebut mempunyai makna filosofi
yang sangat bagus berupa harapan akan berlangsungnya kehidupan rumah tangga
yang kekal, saling berbagi dan mengisi dengan cinta kasih dan harapan akan
dikaruniai hidup sejahtera
Selain kain panjang, pengantin putri
memakai pakaian dalam dan selendang kecil (udet) berupa kain sutra motif
cinde.Konon motif ini merupakan lambang sisik naga, yaitu symbol
kekuatan.Sumber lain mengatakan bahwa
motif cinde sebagai penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran
Demikian sedikit informasi dari
rias pengantin SEKAR griya paes yogyakarta
Rias pengantin sekar griya paes selalu
sedia berbagai hal yang ada kaitan dengan pesta pengantin.baik dekorasi ,tarub
,souvenir ,foto ,video ,rias pengantin,katering ,undangan ,upacara adat serta konsultasi calon pengantin.Jangan
ragu,kontak rias pengantin SEKAR griya paes yogyakarta,walaupun diluar
yogyakarta ataupun yogyakarta,rias pengantin Sekar griya paes yogyakarta akan
senang sekali untuk membantu.rias pengantin SEKAR griya paes yogyakarta akan
bekerja secara maksimal demi terlaksananya perayaan pengantin anda karena rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta
sadar bahwa perayaan pengantin begitu berarti dalam tahapan hidup anda .Rias
pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta divisi rias dan dekorasi pengantin selalu
berkembang dengan berbagai inovasi riasan.Hal ini sesuai dengan komitmen Rias
pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta untuk menyajikan yang terbaik kepada
client Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta.Rias pengantin SEKAR griya
paes Yogyakarta terbuka atas ide ide kreatif riasan dari anda,ide ide kreatif
riasan dari anda akan ditampung oleh Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta
sebagai bahan untuk menyusun trend riasan setiap tahunnya.Rias pengantin SEKAR
griya paes Yogyakarta menyusun trend riasan pada tri wulan terahir setiap akhir
tahun kemudian Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta melaunching trend
riasan untuk tahun berikutnya.Bulan november 2010 Rias pengantin SEKAR griya
paes Yogyakarta telah melaunching trend rias pengantin 2011,maka jangan ragu
untuk menghubungi Rias pengantin SEKAR griya paes Yogyakarta setiap saat.
Dalam hal blangkon, yaitu tutup kepala yang
dikenakan dalam kelengkapan pakaian adat pria, perbedaan ini terlihat
jelas.Oleh karena itu, kekeliruan pemakaian busananya dapat mudah diketahui.
Ada juga hal lain dalam hal tampilan wiru yang ada pada jarik yang dikenakan,
baik pria maupun wanita. Pada gaya Yogyakarta, wiru warna putih atau warna
kuningnya ditampilkan secara jelas.
Perlengkapan busana yang dikenakan dalam
adat Jawa antara lain adalah jarik, tali pengikat jarik, setagen, sabuk
(kamus), beskap, keris, blangkon, dan selop. Untuk kenyamanan, biasanya
urut-urutan pemakaian busana pria biasanya dilakukan dari bawah, yaitu dari
pemakaian jarik.Sebagai persiapan awal, pemakai busana jarik sebaiknya mengenakan
celana pendek dan jarik yang hendak digunakan terlebih dahulu harus sudah
diwiru.
Jarik dililitkan di pinggang, kemudian
dikencangkan dengan diikat menggunakan tali.Supaya, lilitan jarik memudahkan
pemakai saat melangkah, pemakai jarik berdiri sempurna atau dengan sedikit
melangkahkan kaki seperti dalam posisi istirahat di tempat.Dengan berdiri yang
demikian, jarik dapat terentang selebar jangkauan langkah kaki.Jarik sebaiknya
dililitkan menutupi kaki hingga pinggang menurut ukuran kenyamanan dalam melangkah.Untuk
mencegah ikatan jarik terlepas, sebaiknya jarik yang sudah dililitkan ini
diikat di pinggang dengan tali pengikat (tali yang digunakan bisa berupa tali
rafia).
Langkah berikutnya adalah mengenakan
setagen. Secara umum, corak setagen antara pemakai busana Jawa among tamu,
pengantin pria, dan busana orang tua/pengapit manten dapat dibedakan menjadi
dua berdasarkan kenampakan warnanya, yaitu setagen pendamping mempelai dan
setagen lain. Setagen yang dikenakan orang tua manten disebut kain sindur.Coraknya
terlihat berbeda dari setagen lainnya, sebagaimana tampak dari warnanya yang
terdiri atas warna merah dan putih.
Setagen yang telah dikenakan, kemudian
dikencangkan dengan peniti.Sesudah itu, sabuk atau kamus dikenakan sehingga
tampak melingkari pinggang, menghias tepat di sebelah luar dan di tengah-tengah
setagen.Selanjutnya, setelah jarik, setagen, dan sabuk sudah selesai dipakai,
maka langkah berikutnya adalah mengenakan beskap.Beskap ini bentuknya mirip
seperti baju, mungkin merupakan adaptasi jas yang dikenakan orang-orang Eropa
masa lalu. Pada bagian depan beskap terdapat sejumlah benik (kancing baju) yang
bisa dibuka untuk memudahkan pemakaiannya.
Beskap bagian belakang biasanya agak tampil
dengan potongan melengkung.Oleh karena itu, jika kita melihat sisi belakang
pemakai beskap, sabuk dan setagen yang dikenakannya dapat terlihat.
Kadang-kadang jika potongannya melengkung sekali, pakaian dalam yang dipakai
dapat terlihat juga lebih-lebih ketika pengguna beskap ini membungkuk ke depan.
Oleh sebab itu, untuk menjaga keserasian dan serapian, pemakai baju beskap
sebaiknya memakai kaos dalam atau singlet yang berwarna putih.
Sesudah keseluruhan busana Jawa ini rampung
dikenakan, langkah berikutnya adalah menyisipkan keris pada pinggang belakang.
Keris dengan warangkanya ditempatkan dengan cara menyusupkannya di antara
setagen dan jarik. Warangka keris dimasukkan di antara kedua bagian busana itu,
jadi bukan di antara sabuk dan setagen.
Perlu diperhatikan pemilihan model keris yang
akan dipakai.
No comments:
Post a Comment