1. Artemia sp.
Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Subphylum :crustacea
Class :Branchiopoda
Ordo :Anostraca
Familia :Artemiidae
Phylum :Arthropoda
Subphylum :crustacea
Class :Branchiopoda
Ordo :Anostraca
Familia :Artemiidae
Genus :
Artemia
Spesies : Artemia sp.
Morfologi tubuh
Artemia sp.
Termasuk crustacea primitif. Crustacea ini mempunyai tubuh bersegmen dengan
appendage menyatu berbentuk seperti daun. Artemia
sp. Jantan dewasa berukuran 8-10 mm sedangkan betina dewasa 10-12 mm. Tubuh
Artemia sp. Terbagi atas
kepala,thoraks dan abdomen. Kepala Artemia
sp. terbagi atas bagian 1 prostomial dan segmen metameric yang akan
menimpang susunan median mata majemuk dan labrum antena pertama dan
kedua,mandibula,maxilulla pertama dan kedua,serta 11 segmen yang membangun
thoraks,dengan tiap segmen menyediakan sepasang thoracopodes. Abdomen Artemia sp. Tersusun atas 8 segmen.
Anterior kedua pada segmen abdominal Artemia
sp. Akan berfungsi sebagai genital. Segmen genital ini berfungsi sebagai
penyangga genopods yang meripakan egg sac pada betina,sedangkan pada jantan
akan berfungsi sebagai pasanagan penes. Artemia
memiliki segmen 2-7 abdominal yang tereduksi. Artemia mempunyai cercopods/furca/telson pada ujung segmen
abdominal. Tubuhnya diselimuti oleh kitin yang tipis dan fleksibel sehingga otot-otonya
menempel internal. Eksoskleton Artemia akan
terlepas secara periodik. Pelepasan ini ditandai tiap awal ovulasi pada betina tetapi pada jantan
terjadi dengan kolerasi antara moulting dan reproduksi.
Habitat
dan siklus
Artemia termasuk
zooplankton yang dapat kita temukan di seluruh dunia di perairan hypersalin
kecuali di antartika. Tempat hidupnya berupa danau air asin,danau dekat pantai,
dan solar salt works. Artemia memiliki
pergerakan lambat,ukuran kecil dan dapat hidup dengan kepadatan tinggi sehingga
digunakan untuk pakan alami hewan budidaya.
Reproduksi
Udang genus Artemia dapat bereproduksi secara 2
mode. Nauplius merupakan hasil reproduksi ovoviviparous. Sedangkan cysts adalah
hasil reproduksi oviparous. Kedua reproduksi dilakukan beradasarkan kondisi
lingkungan. Perkembangbiakan ovoviviparity dilakukan saat kondisi sekitar
menguntungkan sehingga telur dibuahi. Sedangkan saat kondisi tak menguntukan
dihasilkan cysts yang merupakan hasil partenogenesis betina yang akan
menghasilkan larva nauplii. Kondisi yang tak menguntungkan bagi pembuahan telur
berupa salinitas yang terlalu tinggi,level oksigen yang terlalu rendah,tekanan
suhu,dan makanan yang kurang memadahi. Dengan kondisi yang tak menguntungkan
seperti itu maka embrio hanya berkembang sampai tahap gastrula dan dikelilingi
oleh chorion(kulit tipis) yang diinduksi sekresi hormon dari kelenjar kulit
coklat di uterus dan terbentuklah cyst. Cysts terbagi menjadi dua
lapisan,berupa korion dan kutikula embionik. Lapisan korion ini mempunyai
kandungan hematin berfungsi sebagai pelindung embrio dan lipoprotein dengan
lapisan peripheral dan alveolar. Sedangkan lapisan kutikula embrionik berupa lapisan
bening dengan elastisitas tinggi dan terdiri atas lapisan fibrosa dan lapisan
kutikuler. Cysts ini mengalami dormansi dapat sampai beberapa tahun. Cysts akan
terehidrasi sehingga release larva naplius. Larva naplius ini hanya memperoleh
asupan maknan dari yolk sac sebelum mengalami molting dan menuju satage
metanaupliar. Stage metanaupliar berlangsung sampai berganti kulit sebanyak
enam kali sebelum menuju stage postmetanauplii. Ketika berganti kulit ke-12
kali larva ini merupakan post-larva dan saat berganti kulit ke-17 kali mereka
telah menjadi dewasa. Ketika perkembangan kedua instar,udang ini telah dapat
memakan alga.
Udang
genus Artemia dapat hidup sampai 3
bulan dan memproduksi sampai 300 naupplii setiap empat hari pada kondisi
optimum. Keanekaragaman Artemia dapat
bervariasi bergantung pada lingkungan seperti komposisi anionik,kondisi iklim
dan elevasi. Berdasarkan anion yang merata, Artemia
dapat tinggal pada lingkungan air yang mengandung klorida,belerang/karbonat
tapi dapat juga hidup dikondisi campuran 2-3 lebih anion.
Perbandingan
jantan dan betina
Antena betina mengalami penyusutan
antena dan mempunyai sepasang ovari yang ada di kedua sisi saluran pencernaan
di belakang thorakopoda. Antena betina digunakan sebagai alat peraba Antena pada
jantan sangat termodifikasi dan sepasang penis di belakang tubuhnya
Makanan
Udang ini termasuk omnivora. Artemia dapat memakan detritus,ganggang.bakteri dan ragi
laut. Artemia tak dapat menyaring
makananya.
Perilaku
Udang ini hanya berenang ke atas dan
ke bawah yang bergerak selama 24 jam,tapi saat malam muncul ke permukaan.
Betina hidup dibawah jantan pada kolom air.
2.
Kutu air (Daphnia sp.)
Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Subphylum :Crustacea
Class : Branchiopoda
Phylum :Arthropoda
Subphylum :Crustacea
Class : Branchiopoda
Ordo :Cladocera
Familia :Daphnidae
Familia :Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Morfologi
Daphnia memiliki
tubuh yang dikelilingi karapaks,tapi karapaks ini tidak menutupi kepala san
spina apikal(jika ada). Kepalanya terlihat ventral dan ketika penampakan
posterior terlihat lancip seperti paruh. Appendage trunknya dapat terdiri atas
5-6 pasang berbentuk flat. Bentuk tubhnya seperti daun yang diberguna saat
suspensi untuk makan dan pergerakan. Bagian anterior tubuhnya,postabdomen
berubah menjadi ventral dan bagian depannya terdapat spesial kuku serta spina
untuk membersihkan karapaks.
Reproduksi
Daphnia dapt berkembang dengan cara seksual
dan aseksual. Daphnia tumbuh dari
nauplius ke maturation dengan 4-5 molting. Selama periode utamanya bergantung
pada temperatur dan ketersediaan makanan. Telur Daphnia diproduksi pada clutches yang berjumlah 2 sampai ratusan.
Betina dapat memproduksi beberapa clutches yang saling terhubung dengan proses
molting. Telur partenogenetik dibuat ameiotically dan terjadi pada betina,tapi
dalam beberapa kasus dapat terjadi juga pada jantan. Telur partenogenetiknya
merupakan diploid diletakkan pada ruang penetasan setelah ecdsis dan menetas
sebelum ecdysis selanjutnya. Jumlah telur partenogenetik ini bergantung pada
ukuran betina dan makanan yang tersedia. perkembangan embrio pada cladocera
berada di kantong pengeraman dan larva yang menetas merupakan miniatur Daphnia dewasa. Beberapa kasus periode
embrio yang tak cocok dengan periode pengeraman,larva berada di ruang penetasan
bahkan sampai periode embrio lengkap,tapi juga bergantung pada ecdysis.
Habitat
Daphnia
merupakan salah satu zooplankton yang hidup di air tawar. Habitat air tawar
yang didiami berupa kolam,sawah,danau dan
perairan lain yang mengandung
bahan organik. Faktor pH,kesadahan,suhu dan DO perairan akan mempengaruhi
perkembangbiakannya. Daphnia dimakan oleh ikan kecil,buayak serta hewan
laiinnya. Persebarannya sangat luas dari daerah tropis sampai artik.
Perilaku
Daphnia
bergerak ke atas dan ke bawah dalam air setiap hari. Saat malam tiba,mereka
berada di permukaan. Ketika pagi-siang ketika ada cahaya mereka turun ke
kedalaman paling bawah. Hal ini dilakukan untuk menghindari predator seperti
ikan. Mereka memaksimalkan perkembangan ketika malam dengan bergerak ke air
yang lebih hangat.
Makanan
Daphnia
menggunakan
kaki thoracic untuk memproduksi aliran air untuk memfilter partikel makanan.
Makanan dikumpulkan ke jalur yang menuju ke kaki dan bercampur dengan mucus
untuk membentuk bolus yang bergerak ke mulut. Daphnia memakan detritus,alga,protozoa dan bakteri. Mereka tak
dapat memilih makanannya tapi bila bolus yang dikumpulkan bersifat toxic dapat
ditolak.
Perbedaan
jantan dan betina
Betina memiliki ukuran yang lebih
besar dari jantan.
Al Dhaheri,S. And
A. Saji. 2013. Water quality and brine
shrimp (Artemia sp.) population in Al Wathba Lake, Al Wathba Wetland
Reserve, Abu Dhabi Emirate, UAE. Int. J. Biodivers. Conserv. Vol
5(5):281-288
Anonim. 2014. Artemia spp
(Leach,1819). http://www.fao.org/fishery/culturedspecies/Artemia_spp/en. Diakses pada
tanggal 31 Oktober 2014 pukul 23.25.
Anonim. Tanpa tahun. 6.1. daphnia dan
Moina. http://www.fao.org/docrep/003/W3732E/w3732e0x.htm. Diakses pada
tanggal 31 oktober 2014 pukul 23.34
Craig,S. F.,D. A. Thoney,and N.
Schlager. 2003. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia. Vol.2. Thomson Gale. New
York.
Numalasari,D. M. 2007. Pemanfaatan
Silase Ikan sebagai Pakan terhadap Produksi Kista Artemia franciscana pada berbagai Padat Penebaran. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Sulistyowati,E.
B.,T. Widiyani, and A. F. M. Soni. 2007. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Kista Artemia franciscana setelah
Pemberian Silase Ikan. J. Bioteknologi. Vol 4(2):46-52.
Tim Asisten. 2014. Modul praktikum planktoon
‘Budidaya Daphnia sp.’ Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD.
No comments:
Post a Comment