MAKALAH BIOKIMIA LANJUT
METALLOTHIONEIN
NAMA : CANDRA
PUSPITA R.
NIM :
12/339127/BI/8994
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
…………………...…………………………………………………………….2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….3
BAB 2
PEMBAHASAN…....…………………………………………………………………4
BAB 3 KESIMPULAN…………………...………………………………………………….13
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Protein terdiri dari bermacam-macam
asam amino. Dengan komposisi asam amino yang berbeda akan menghasilkan protein
yang berbeda-beda. Salah satu contoh protein adalah metallothionein. Metallothionein
merupakan salah satu protein yang tersusun dari sistein. Protein ini seperti
protein pada umumnya merupakan polimer dari asam amino. Protein ini dapat kita
temukan pada mamalia, cendawan dan beberapa prokarotik.
Metallothionein memiliki struktur,
karakteristik dan fungsi yang berbeda dari protein lain. Struktur dan fungsi
dari protein ini akan terpengaruh oleh kombinasi, jumlah dan urutan asam amino
penyusunnya.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mempelajari struktur, fungsi, dan
sintesis metallothionein.
C. RUMUSAN
MASALAH
Logam
ketika masuk ke dalam sel akan mengacaukan proses metabolisme. Dan ketika metabolisme tidak berjalan dengan baik,
akan terjadi kerusakan organ dan selanjutnya akan menyebabkan kematian. Dalam mengatasi adanya logam berat,
tubuh menghasilkan protein metallothionein untuk mendetoksifikasinya. Dan
seperti apakah fungsi, struktur dan karakteristik serta sintesis protein ini?
Dan sintesis protein ini berfungsi untuk apa?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Struktur dan karakteristik
Metallothionein terdapat dimana-mana dan merupakan
molekuler protein. Protein metallohionein merupakan sebuah protein tjionein
yang mengikat logam. Protein ini memiliki berat molekul rendah dengan berat
molekul 6000-7000 dalton serta terkandung asam amino sistein 30%. Asam amino
sistein dan thiol menyusun protein metallohionein dengan komposisi tinggi dan
berakibat daya afinitasnya kuat pada logam. Protein ini memiliki sifat heat-stable.
Protein ini merupakan polipeptida dengan metal ekstream
tinggi. Metallothionein memiliki kespesifikan terhadap logam, dan MT hanya
mengikat 1 jenis logam. Contohnya terdapat MT pengikat Cd, MT pengikat Hg, MT
pengikat Pb, MT pengikat Zn dan MT pengikat logam lainnya. MT dibagi menjadi 3
dalam subfamili menurut Carpene et al.,
terbagai dalam 4 subfamili, yaitu:
1. MT-1/ MT-2
MT-1/
MT-2 merupakan isomer. Protein ini akan
terlibat dalam homeostatis zinc dan proteksi melawan toksisitas logam berat dan
stres oksidatif.
2. MT-3
MT
ini akan terekspresi pada neurins serta glia.
3. MT-4
MT-4
banyak terdapat pada diferensiasi bertingkat sel squamosa epithelial.
Menurut Carpene et al., struktur mettalothionein berupa:
1. Thionein
MTs mamalia terdapat informasi mekanisme yang tepat.
Informasi ini berupa inisial ion metal chelation
tersisa seperti hilangnya kinetik dan subsequent
protein unfolding Apo-MT pada sel
setimbang kuantitasnya seperti protein metalled
yang mengindikasi peran potensial untuk MT pada absennya metal. Kalkulasi
demetallation CdMT1a mengindikasikan protein metal bebas dengan struktur
stabil.
2. Metallation
Ketika thionein telah disintesis di ribosom akan terjadi
kejenuhan dengan perbedaan metal ion berdasarkan spesifik isoform atau jumlah
berbedaan konsentrasi metal yang tersedia. MT-3 mengikat ion Zn dan Cd lebih
lemah dari MT-2 tapi ikatan metalnya lebih mengekspos kapasitas dan
plastisitasnya. Rendahnya afinitas ikatan logam dapat terjadi karena koneksi
dengan menyelipan hexapeptide dan pada saat bersamaan dengan penyelipan acidic
yang ikut serta pada adisional ikatan metal.
3. Dimerization
Domain N-terminal bertanggung jawab pada formasi
non-oxidatil jembatan metal dimmer. Sedangkan pada kondisi aerobik, spesifikasi
intermolekuler disulfida dibentuk antara domain C-terminal. Kedua bentuk dimer
memperlihatkan perbedaan radikal pada properti reaktif pada kluster
respektif mereka pada pengikatan ion
metal. Oksidasi cysteines telah berperan pada mekanisme diasosiatif yang
mengkontrol fluktuasi zinc bebas dan modulasi jalur signal seluler.
b. Fungsi
Metallothionein terdapat di hati. Fungsi protein ini
untuk mendetoksifikasi logam metal. Keberadaan metallothionein di dalam tubuh
organisme juga berfungsi untuk homeostatis (keseimbangan) metal essensial, seperti Co dan Zn.
Metallothionein juga dapat berperan sebagai antioksidan. Metallothionein
sebagai antioksidan dengan cara melawan reactif oxygen sp. Peran protein juga
berfunsi untuk melindungi DNA, oxidative
stress,survival sel, angiogenesis dan apoptosis.
MT mengatur sebuah tiga proses dasar. Proses pertama
mengatur pelepasan mediator gas seperti hidroksil oksida radikal. Proses kedua
merupakan proses apoptosis. Dan pada proses yang ketika merupakan proses
pertukaran dan mengikat logam berat.
Adanya metallothionein dapat digunakan sebagai biomarker
pencemaran logam. Adanya logam pada
lingkungan akan mengakibatkan jaringan menyerap logam. Selanjutnya MT pada jaringan organisme mengikat logam dan
bersifat sensitif sebagai biomarker. Adanya MT pada individu merupakan reaksi
sebelum respon terjadi pada tingkatan organisasi biologi yang lebih tinggi.
c. Sintesis
Protein MT terekspresi akibat adanya akumulasi logam
berat. Protein ini dapat terekspresi di gonad, usus dan hepar. Karena protein
ini berfungsi untuk mendetoksifikasi logam berat dan scavenger radikal bebas sehingga akan terekspresikan
protein MT. Protein metal transcription factor-1 akan terlibat dalam mekanisme yang
mengkontrol sintesis protein MT. Serta akumilasi logam mengaktifikasi MTF-1 dan
tejadi translokasi ke nukleus dan berikatan dengan metal response element yang
berada di promoton gen MT. Kemudian ekspresi protein tersebut terpacu.
BAB III KESIMPULAN
Metallothionein memiliki struktur Thionein, metallation dan dimerization.
Protein ini memiliki berat molekul yang rendah dan terdiri dari asam amino
sistein dan thiol yang tinggi. Fungsi dari metallothionein adalah untuk
mendetoksifikasi logam, mengankap radikal bebas, biomarker dan menjada
homeostatis logam. Sintesis protein terjadi untuk mendetoksifikasi logam berat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Y. 2008. Isolasi dan
Karakterisasi Fragmen cDNA dari Gen Penyandi Metallothionein Tipe 2 dari
Kedelai Kultivar Slamet. Resporitory.ipb.ac.id/handle/123456789/11613.
Diakses pada 26 Febuari.
Carpene, F., G. Andreani and G. Isani. 2007. Metallothionein
Functions and Struktural Characteristics. Journal of Trace Elements in Medicine
and Biology. 21:35-39.
Dewi, N. K., Purwanto, and H. R. Sunoko. 2014. Metallothionein
pada Hati Ikan sebagai Biomarker Pencemaran Kadmium (Cd) di Perairan Kaligarang
Semarang. J. Manusia dan Lingkungan. 21(3): 304-309.
Rumahlatu, D., A. D. Corebima, M. Amin, F. Rachman. 2012. Kadmium
dan Efeknya terhadap Ekspresi Protein Metallothionein pada Deadema setosum (Echinoidea; Echinodermata). J. Penelitian dan
Perikanan. 1(1): 26-35.
Thirumoorthy, N., A. S. Sunder, KT. M. Kumar, M. S. Kumar, GNK.
Ganesh, and M. Chatterjee. 2011. A Review of Metallothionein Isoforms and Their
Role in Pathophysiology. World Journal of
Surgical Oncology. 9:54
No comments:
Post a Comment